Bisnis.com, BANDUNG—PT Hartadinata Abadi mencatatkan market share sebesar 10% dari total retail value sepanjang 2016 dan menargetkan dapat menambah market share sebesar 10%-15% di 2017. Total retail value industri perhiasan nasional sendiri mencapai Rp21 triliun di 2016.
Direktur Utama Perseroan Sandra Sunanto mengungkapkan pihaknya pun akan menargetkan untuk optimalkan produksi di 2017 sejalan dengan target peningkatan market share.
“Kami akan mengoptimalkan kapasitas di 2017. Saat ini, kapasitas produksi kami mencapai 600 kilogram per bulan. Di 2017, kami menargetkan bisa meningkat hingga 700kg-750kg per bulan,” ujarnya, Selasa (28/2) di Bandung.
Sandra menambahkan saat ini dia melihat investasi emas menjadi salah satu bentuk investasi paling liquid.
“Investasi emas menjadi salah satu bentuk investasi paling liquid. Pasalnya, emas memiliki karakteristik mudah dijual jika dibandingkan dengan komoditas lainnya,” tambahnya.
Di samping itu, pembelian emas di Indonesia cukup tinggi. Indonesia menjadi negara ketiga dengan komsumsi perhiasan emas terbesar setelah India dan China.
Selain itu, pola perilaku masyarakat Indonesia terhadap emas membuat bisnis emas ini masih akan tetap berkilau di masa depan. Susan menjelaskan karakteristik unik pembeli perhiasaanya di wilayah Pantai Utara (Pantura).
“Para petani di Pantura setelah panen memiliki kecenderungan untuk menabung dalam bentuk emas. Sedangkan jika masuk masa paceklik atau musim anak sekolah, mereka berbondong-bondong akan menjual emas tersebut,” jelas Sandra.
Sejalan dengan itu, Direktur Produksi dan Operasional PT Hartadinata Abadi Cuncun Muliawan mengungkapkan penjualan pihaknya saat ini masih didominasi di kawasan Jawa khususnya Jawa Barat. Jika merujuk pada market share, Jawa Barat memenuhi 40% market share. Sedangkan 60% lainnya berada di luar Jawa Barat sekaligus di luar Pulau Jawa.
Sebelumnya, industri perhiasan nasional diprediksi tumbuh di level 15%-20% sepanjang 2017. Tahun lalu, industri perhiasan pertumbuhan sebesar 13% dengan nilai transaksi mencapai Rp21 triliun.
Angka pertumbuhan itu jauh di atas industri perhiasan global yang tumbuh sebesar 3% pada 2016. Hal tersebut terungkap dalam hasil studi Euromonitor International, lembaga riset global yang fokus pada isu-isu strategis di sektor industri, ekonomi, dan konsumen global.
Global Industry Analyst for Personal Accessories and Eyewear Euromonitor International Jasmin Seng mengungkapkan kendati perekonomian global menunjukkan ketidakpastian, industri perhiasan dunia, termasuk Indonesia, cenderung tidak terdampak.
“Perekonomian Indonesia pada satu dekade lalu hanya berkontribusi sebesar 3,4% dari total perekonomian Asean, sekarang kontribusinya mencapai 37%. Permintaan [perhiasan] dari Indonesia terus meningkat,” jelasnya beberapa waktui lalu.
Jasmine mengatakan dengan pertumbuhan yang masif, populasi kelas menengah Indonesia pun terus bertambah. Hal ini pula yang menjadi aspek ketertarikan bagi para produsen aksesoris global untuk menjajaki pasar Tanah Air.
Hasil studi Euromonitor menunjukkan produk emas menjadi penguasa pasar aksesoris nasional, dengan pangsa mencapai 59% dari total nilai transaksi perhiasan tahun lalu. Untuk produk yang paling laris di pasaran yaitu kalung dan cincin.