Bisnis.com, BANDUNG - Bambu memliki keunikan sebagai bahan baku pembuatan produk karena lebih mudah diolah dan memiliki peluang bentuk yang lebih luas dibandingkan kayu, terlebih bambu di Indonesia lebih mudah didapatkan dengan harga yang relatif murah.
Melihat peluang ini, bermula dari penelitian kewirausaahaan di Institut Teknologi Bandung (ITB), Harry Mawardi yang berlatar belakang pendidikan Master of Design dari Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB ini, kemudian mendirikan bisnis berbasis pengembangan komunitas pengrajin bambu lokal dengan brand Amygdala.
Sampai saat ini, Amygdala bekerja sama dengan pengrajin bambu Sangkar Burung di Selaawi, Limbangan, Garut dengan menerapkan metode Bamboo Emphatical Design, yang tidak memaksakan suatu keahlian pada pengrajin.
“Awalnya hanya membuat produk yang unik dan coba menjualnya di pameran, ternyata banyak respon positif. Dari sana coba melihat, ternyata ada pasarnya yang menyukai bambu dan belum terisi jenis-jenis produk tertentu,”ujar Harry kepada Bisnis ketika ditemui di kediamannya di Kawasan Sarijadi Bandung.
Terlebih lagi menurutnya dengan munculnya tren produk-produk natural, terdapat kebutuhan alternatif lain selain kayu dan rotan.
“Walaupun selama ini yang dikenal bambu glondongan atau batang-batang yang kesannya masih murahan dan ndeso. Kami mencoba mengangkat bahwa bambu juga bisa lebih modern,” ujar Harry sebagai Founder dan Owner Amygdala Bamboo ini.
Adapun produk dari Amygdala ini banyak mengarah ke produk dekorasi rumah (home decor), dengan berbagai item seperti lampu, mangkok, kursi, sendok garpu, gelas, tatakan gelas, rak, sarung bantal bambu, dan beberapa furnitur serta masih banyak item lainnya.
“Untuk furnitur, belum fokus ke sana karena massive bendanya tapi kalau sebatas tools, Amygdala dapat membuatnya,” ungkapnya.
Untuk ke depannya, Harry bersama timnya juga tengah mencoba membuat perhiasan ( jewelry) dari bambu yang akan menjadi lini brand berbeda namun tetap berafiliasi dengan Amygdala.
“Amygdala memiliki tagline bamboo for everyday life, jadi tidak menutup kemungkinan dari home decor ke wearable device seperti kacamata, dasi kupu-kupu, produk-produk fashion lainnya, untuk meningkatkan awareness masyarakat ke bambu ini dan masih dalam payung Amygdala sebagai side brand,” ujarnya.
Hingga saat ini, produk Amygdala telah merambah ke berbagai tempat, tidak hanya di dalam negeri tetapi juga di luar negeri seperti Australia, Singapura, Korea Selatan, Jepang, dan Italia.
Harry mengungkapkan konsumen dari luar negeri biasanya didapat dari online melalui sosial media Instagram @amygdala_bamboo atau online shop yang bekerja sama dengan Amygdala yaitu furnishlab.com dan decadeco.com.
“Sekarang sosial media sangat efektif, Amygdala masih di Instagram, ini ukup membantu untuk ritel, untuk Facebook baru dibuat. Dari instagram dan pertemanan-pertemanan lainnya cukup membantu karena promosi dari mulut ke mulut,” ujarnya.
Rencananya pada Oktober 2015, Amygdala akan memiliki space offline pertama di kawasan Kemang Timur, Jakarta dan kantor di kawasan Sarijadi, Bandung.
Amygdala juga aktif mengikuti pameran di berbagai negara. Hal ini dilakukan untuk melihat respons pasar, seperti World Bamboo Fair Damyang, Korea Selatan, Indonesia Pavillion, World Design Expo, Milan, Italia, Casa by Bravacasa, IFEX Indonesia Desainer dan Inacraft di Jakarta dan masih banyak lainnya.
Dari mengikuti berbagai pameran ini, pihak Amygdala juga berkesempatan mendapatkan konsumen dari berbagai negara seperti Jepang dan India.
Adapun segmen market dari Amygdala Bamboo yaitu umur 30 sampai 40 untuk masyarakat urban kota besar secara garis besar.
“Tapi kami ingin melebarkan sayap lagi, digeser lagi umurnya sampai ke 20 atau 25, dan pastinya mereka yang memiliki space sendiri, yang punya apartemen, rumah, dan lainnya,” ujarnya.
Menurut Harry ke depannya bisnis home décor berbahan dasar bambu ini akan sangat menarik dan menjanjikan karena semakin banyaknya creative space baru yang ingin memiliki item unik sebagai ciri khasnya.
“Itu salah satu jasa yang bisa Amygdala berikan, karena kami cukup fleksibel untuk membuat desain khusus untuk klien tertentu sehingga mereka punya signature product sendiri, jadi desainnya unik dan kami suplai,” ujarnya. (k5)