Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Dunia Peringatkan Negara Berkembang

Bisnis.com, JAKARTABank Dunia (World Bank) memperingatkan negara-negara berkembang akan menghadapi turbulensi pasar keuangan akibat pengetatan moneter Federal Reserve (the Fed).

Bisnis.com, JAKARTA—Bank Dunia (World Bank) memperingatkan negara-negara berkembang akan menghadapi turbulensi pasar keuangan akibat pengetatan moneter Federal Reserve (the Fed).

Dalam rilis yang dikeluarkan, Bank Dunia percaya, the Fed akan menaikkan suku bunganya pada pertemuan yang akan berlangsung pada 16-17 September waktu setempat. Hal ini didasarkan pada banyaknya telegram yang telah dikirimkan kepada pasar keuangan dunia dan publik.

Terkait dengan pengetatan yang akan dilakukannya, bank sentral sangat berhati-hati dan berusaha melakukannya dengan mulus. Tujuannya, agar tidak berdampak terhadap pasar keuangan negara berkembang.

Namun, volatilitas pasar keuangan akan tetap ada. Meskipun hal tersebut sudah diantisipasi cukup lama. Normalisasi yang dilakukan bank sentral Paman Sam akan membuat arus modal masuk ke negara-negara berkembang anjlok.

“Berubahnya risk appetite secara mendadak terhadap aset negara berkembang bisa menular dan mempengaruhi aliran modal ke berbagai negara,” kata Direktur Prospek Pembangunan Bank Dunia Ayhan Kose, Selasa (15/9) waktu setempat.

Saat ini pasar berkembang sedang menghadapi volatilitas dan pelemahan ekonomi global sehingga prospek pertumbuhan melemah, perdagangan internasional melambat, dan harga komoditas yang rendah.

Kondisi tersebut ditambah dengan pengetatan kebijakan the Fed membuat beberapa negara berkembang lebih rawan daripada taper tantrum yang pernah terjadi pada 2013.

Meskipun begitu, “Stres keuangan di pasar global dampaknya terhadap negara berkembang cenderung tidak proporsional,” kata Kepala Ekonom dan Senior Wakil Presiden Bank Dunia Kaushik Basu.

Guna menghadapi guncangan tersebut, negara-negara berkembang, Bank Dunia menuturkan, harus memperkuat ketahanan ekonominya sembari mengambil langkah yang dapat mempercepat pertumbuhan.

Bagi negara dengan inflasi yang cukup tinggi, kebijakan moneter yang kredibel harus segera diterapkan. Kemudian, regulator harus mengawasi dengan ketat bank-bank yang memiliki hutang dalam valuta asing

Kebijakan fiskal dapat mendukung pertumbuhan jika anggaran negara memungkinkan. Adapun terkait dengan reformasi struktural, manfaatnya bisa lebih lambat. Hanya saja, agenda reformasi bisa memberikan tanda kepada investor bahwa prospek pertumbuhan dapat berkembang.

Bank Dunia, masih dalam rilisnya tersebut mengatakan, pertumbuhan negara-negara berkembang pada 2015 diperkirakan mencapai yang terendah sejak krisis keuangan global.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler