JAKARTA--Insiden hilangnya Malaysia Airlines MH370 serta MH17 yang ditembak jatuh di atas wilayah Ukraina, berdampak sangat besar terhadap kinerja maskapai penerbangan Malaysia.
Chief Executive Officer Malaysia Airlines yang baru, Christoph Mueller sampai mengakui bahwa maskapai yang dipimpinnya ini sudah dalam kondisi bangkrut. "Secara teknis kami telah bangkrut, penurunan kinerja dimulai jauh sebelum peristiwa tragis 2014," katanya.
Mueller tidak punya pilihan lain selain melakukan langkah-langkah efisiensi diantaranya melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 20.000 karyawan dan menyodorkan kontrak baru kepada 14.000 di antara mereka.
Mueller mengaku langkah itu pernah dia lakukan saat menyelamatkan maskapai Aer Lingus Irlandia dan Sabena milik perusahaan Belgia. Dia mendapatkan julukan "The Terminator" karena melakukan pemutusan hubungan kerja atau PHK besar-besaran di dua perusahaan itu.
Selain itu, dia akan menjual sejumlah pesawatnya dan mengurangi banyak rute penerbangan.
Di bawah Mueller, Malaysia Airlines akan dibangun dengan citra baru untuk melepaskan stigma dari musibah 2014. Kini mereka memasang peranti yang memudahkan pelacakan pesawat mereka.
Bila langkah-langkah agresif itu berani ditempuh, maka Mueller merasa yakin pada 2018 Malaysia Airlines sudah sehat lagi.
Pada 31 Mei 2015, Perdana Menteri Najib Razak mengatakan Malaysia tetap berkomitmen untuk mencari pesawat MH370 yang menghilang tanpa jejak setahun lalu. Pencarian MH370 adalah operasi pencarian paling mahal dalam sejarah. Australia, China, dan Malaysia telah bersepakat menggandakan area pencarian jika reruntuhan tidak ditemukan di daerah sasaran saat ini.
Pada Maret 2014, MH370 hilang dalam penerbangan dengan 239 penumpang dan awak kapal di dalamnya. Empat bulan kemudian, MH17 jatuh setelah ditembak rudal di atas wilayah Ukraina. Sebanyak 298 orang penumpang di dalamnya tewas.