Bisnis.com, KUALA LUMPUR — Pimpinan baru Malaysia Airlines (MAS) mengakui perseroan tersebut sudah bangkrut secara teknis. Direktur Eksekutif Malaysia Airlines, Christopher Mueller, mengatakan gejala kepailitan itu sudah lama terjadi.
Bahkan, gejala kebangkrutan itu sudah terjadi sebelum rentetan dua kecelakaan pesawat Malaysia Airlines tahun lalu.
“Kami bangkrut secara teknis. Penurunan performa sudah dimulai jauh sebelum peristiwa-peristiwa tragis pada 2014,” kata Mueller dalam sebuah konferensi pers, Senin (1/6/2015), dilansir dari Reuters.
Menurutnya, sebelum kecelakaan beruntun pesawat MAS, kinerja maskapai itu sudah tertekan oleh persaingan ketat di kawasan. Namun, dua kecelakaan fatal di tahun 2014 akhirnya benar-benar membuat perseroan ambruk.
Pada laporan keuangan terakhirnya, MAS mencatatkan kerugian terbesarnya sejak akhir 2011. Hal itu dipicu oleh merosotnya jumlah penumpang dan kerugian akibat hilangnya dua pesawat.
Direktur berkebangsaan Jerman itu ditunjuk oleh pengelola dana Pemerintah Malaysia, Khazanah, pada Mei lalu. Sebelum bergabung dengan MAS, Mueller tercatat sukses merestrukturisasi maskapai milik pemerintah Irlandia Aer Lingus dan mengembangkan Lufthansa.
Khazanah adalah pemegang saham mayoritas. Tahun lalu, lembaga tersebut melakukan privatisasi terhadap MAS. Hal itu adalah bagian dari upaya restrukturisasi perusahaan dengan dana senilai enam miliar ringgit setara dengan US$1,63 miliar.
Melalui rencana itu, Khazanah menargetkan MAS akan kembali mendulang untung dalam tiga tahun ke depan. Pada kesempatan itu, MAS sekaligus resmi berubah nama menjadi Malaysia Airlines Bhd (MAB).
Perseroan juga mengonfirmasi rencana pemangkasan 6.000 pekerja sehingga jumlah pekerja keseluruhan menjadi 14.000 orang.
”Kami akan tetap melayani penuh penerbangan internasional antarbenua,” kata Mueller. Dia menegaskan tak ada rencana untuk mengubah cakupan penerbangan MAB menjadi maskapai regional. MAB, seperti MAS, juga tetap melayani penerbangan rute domestik.
Namun, perseroan akan mengurangi kapasitas antara lain memperkecil ukuran pesawat dan mengurangi frekuensi pada rute tertentu.
Perusahaan juga akan mengkaji penggunaan 13 pesawat Boeing Co 777-200ER untuk rute jarak jauh. Di sisi lain, MAB pun tengah menjual dua dari enam Airbus Group A380 miliknya.
Pada Maret 2014, pesawat MAS dengan nomor penerbangan MH370 yang membawa 239 penumpang dan kru hilang.
Peristiwa itu disusul oleh kecelakaan pesawat pada Juli 2014 yang menewaskan seluruh awak dan penumpang berjumlah 298 orang. Pesawat dengan nomor penerbangan MH17 ditembak di atas wilayah pemberontak di Ukraina Timur.