Bisnis.com, BANDUNG--Tak ada rotan akar pun jadi, tak pakai kayu bambu pun jadi. Demikian peribahasa yang dapat mengantarkan paradigma kita akan keistimewaan bambu, yang ternyata mampu menghadirkan estetika berbeda pada dunia musik.
Revolusi Musik Bambu, kembali dihadirkan oleh Lembaga Pendidikan Seni Nusantara (LPSN) di Dago Tea House Bandung belum lama ini dengan mengangkat salah satu musik kebanggaan nasional, keroncong.
Bertemakan “Keroncong Dalam Kreativitas Tak Terbatas”, para penonton dimabukkan dengan alunan musik keroncong yang dilantunkan dari bambu sebagai bahan dasar.
Dibawakan oleh Jempol Jentik Orkes Keroncong (JJOK) sebagai penampil utama, suasa ruangan Dago Tea House dibuat takjub dan terpana lalu berujung pada riuh gemuruh tepuk tangan. Penampilan dibuka dengan membawakan lagu “Bengawan Solo”, langsung dengan penampilan kolaborasi istimewa dengan Diva Keroncong asal Bandung Tuti Maryati Djakaria.
“Luar biasa, Bandung ternyata bisa seperti ini. Gegap gempita menghadirkan keroncong yang luar biasa,” ujar Tuti yang telah lama tak tampil di kampung halamannya ini.
Selain Tuti di sana juga ada pemain kecapi Rahmat Rupiandi atau Mamat beserta sindennya Mae Nurhayati yang turut meramaikan kolaborasi musik khas Indonesia ini. Rahmat pun memainkan kecapi yang menghasilkan suara nyaring, yang terbuat dari bambu.
Adi Bangun Wiratmo, sang Koordinator Jempol Jentik Orkes Keroncong menjelaskan secara rinci kelompoknya membawakan musik keroncong yang dibalut istimewa.
Tidak hanya tiga keroncong klasik yang meliputi keroncong asli, langgam dan stambul. Tapi juga ada jenis langgam jawa, langgam sunda, betawi, blues, rock, melayu, dan lain-lain.
Stambul Terkenang, Langgam Tirtonadi, Keroncong Moresco, Ngalumaning Ati, Jali-jali, Es Lilin, Wulan Merindu, Fernando, O Sole Mio, [Get Your Kicks On] Route 66, Besame Mucho, Arjuna Mencari Cinta, dan Keroncong Kemayoran, semuanya menjadi nyanyian andalan. Bahkan JJOK secara sensasional membawakan musik Cubana, sebuah musik instrumental klasik karya Maksim Mrvica.
Bersama pimpinan sekaligus composer, Bagus Flute, JJOK mempersiapkan lagu-lagu tersebut selama kurang lebih waktu sebulan dan ternyata memang ampuh menghipnotis mata dan telinga para penonton. Namun, sangat disayangkan mereka tak membawakan lagu buatan sendiri.
“Dengan penampilan dan musik-musik ini kita ingin kaum muda juga melirik musik keroncong yang kebanyakan dianggap musik tua,” ujar Adi.
“Sejatinya pakem-pakem keroncong itu ada, namun tidak mematikan kreativitas melainkan membantu mengeksplorasi dan membuat keroncong tereksplorasi. JJOK pun cenderung progressif, karena juga menargetkan anak muda banyak yang suka hal yang baru.”
Menurut Adi, keroncong kala ini pun tak sekadar musik keroncong, karena sudah banyak menjadi daya tarik sendiri bagi kelmpok-kelompok musik yang beredar saat ini. Banyak kelompok musik anak muda yang bergenre folk, dengan mengangkat aura musik keroncong.
Revolusi Musik Bambu, Bangkitkan Aura Keroncong dengan Balutan Bambu
Tak ada rotan akar pun jadi, tak pakai kayu bambu pun jadi. Demikian peribahasa yang dapat mengantarkan paradigma kita akan keistimewaan bambu, yang ternyata mampu menghadirkan estetika berbeda pada dunia musik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Topik
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

1 jam yang lalu
Petik Profit Saham Sawit, Harga CPO Anti-Loyo
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru

2 jam yang lalu
Deflasi Bulanan Tak Cukup Redam Inflasi Tahunan Cirebon

1 minggu yang lalu
KDM Dukung Swasembada Pangan di Lahan Aset Negara

3 jam yang lalu
NTP dan NTUP di Jabar Alami Penurunan, Ini Sebabnya
Terpopuler
# Hot Topic
Rekomendasi Kami
Foto
