Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Asep Nurohman, raja tikar berbahan baku limbah asal Tasikmalaya

Tikar (web)TASIKMALAYA (bisnis-jabar.com): Sepertinya di dunia ini memang tidak ada yang sia-sia. Tangan seorang perajin di Tasikmalaya mampu mengubah limbah sisa pembuatan karpet menjadi rupiah. Perajin itu mengubah potongan limbah menjadi tikar yang layak jual.
Tikar (web)
Tikar (web)

Tikar (web)TASIKMALAYA (bisnis-jabar.com): Sepertinya di dunia ini memang tidak ada yang sia-sia. Tangan seorang perajin di Tasikmalaya mampu mengubah limbah sisa pembuatan karpet menjadi rupiah. Perajin itu mengubah potongan limbah menjadi tikar yang layak jual. Asep Nurohman, perajin tikar di Jalan Bebedahan, Kelurahan Purbaratu, Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya telah menggarap usaha itu sejak lima tahun lalu. Asep melanjutkan usaha orang tuanya membuat  tikar  berbahan baku limbah karpet. Bahan baku tersebut berupa potongan bekas, selebar cm dengan panjang berbeda. Oleh Asep yang dibantu 20 karyawannya, potongan-potongan itu disambung dengan kain-kain bekas potongan produksi kasur lantai, menggunakan mesin jahit hingga besarnya seukuran tikar yang biasa diguankaan di rumah tangga. Tikar ini dapat dilipat dalam ukuran sekitar 40 X 30 cm sehingga mudah dibawa. Asep menyebutkan tikar tersebut lebih kuat ketimbang dari bahan mendong. Tahan air juga tahan terhadap lembab. Kini pasar Tikar produksinya cukup luas, meski dia sendiri tidak tahu kemana saja distribusi tikar tersebut karena yang datang ke tempat kerjanya para distributor. Asep hanya mematok harga Rp160.000 per kodi untuk tikar dan Rp80.000 per kodi untuk keset. “Mereka umumnya distributor baik dari Jawa Barat maupun dari Jawa Tengah. Saya tidak tahu kemana saja mereka menjualnya,” katanya. Asep mengemukakan ada kendala dalam proses produksi, salah satu sulitnya stok bahan baku. Sebab bahan baku hanya berupa limbah, sehingga sangat tergantung terhadap limbah dari pabrik karpet. Apabila pabrik karpet seidikit produksi, otomatis pasokan bahan baku terhenti. Sebaliknya, bila pabrik karpet banyak produksi, limbah turut banyak. “Sekarang saja, sudah satu bulan tidak datang pasokan bahan baku. Kini mengerjakan bahan yang dikirim sebelumnya,” terang Asep. Selain susah bahan baku, Asep juga menyebutkan untuk mendapat barang tersebut harus menyimpan deposit di pihak distributor. Umumnya distributor bukanlah pihak pabrik langsung. Mereka bertindak sebagai penjual kembali yang mengambil dari pabrik produsen karpet. “Saya menyimpan uang di sana [distributor] Rp100 juta untuk limbah karpet dan untuk distributor limbah kain nyimpan Rp50 juta,” katanya. Terkait harga jual hingga konsumen akhir, Asep tidak menentukan bahkan mengaku tidak tahu. Sebab ia hanya melayani distributor tikar produknya, sehingga harga pada konsumen akhir ditentukan oleh masing-masing distributor. “Harga di konsumen akhir, saya tidak tahu. Di sini hanya produksi. Demikian juga merek, distributor sendiri yang membuatnya,” kata dia.(k55/yri)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Newswire

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper