Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

ALDO Bakal Buyback Saham Rp10 Miliar, Petakan Ekspansi ke Pasar AS

Perseroan menunjukkan posisi keuangan yang solid di tengah tantangan biaya produksi dan tekanan harga di segmen tertentu.
Alkindo Naratama (ALDO)
Alkindo Naratama (ALDO)

Bisnis.com, BANDUNG— PT Alkindo Naratama Tbk (ALDO), emiten yang bergerak di sektor industri kertas dan bahan kimia terintegrasi, mengumumkan rencana pembelian kembali saham (buyback) dengan nilai maksimal Rp10 miliar.

Hal itu disampaikan usai Paparan Publik (Public Expose) kinerja keuangan tahun buku 2024.

Direktur Utama ALDO Herwanto Sutanto menyampaikan bahwa meski laba bersih belum memenuhi target, Perseroan menunjukkan posisi keuangan yang solid di tengah tantangan biaya produksi dan tekanan harga di segmen tertentu.

“Secara keseluruhan, kami membukukan kinerja yang sehat. Realisasi penjualan mencapai 71,9% dari target, dan labakotor tercapai 64,1%. Di sisi neraca, aset mencapai 111,7%, liabilitas 110,5%, dan ekuitas bahkan 113% dari proyeksi,” ujar Herwanto.

“Kami menyadari bahwa segmen kertas coklat masihmenghadapi tekanan karena belum seimbangnya harga jualdengan biaya produksi. Ini menjadi perhatian utama kami, dan kami tengah mengupayakan penyesuaian strategi untukmenjaga profitabilitas jangka panjang,” lanjutnya.

Direktur Keuangan ALDO Kuswara menjelaskan bahwa Penjualan Bersih ALDO naik dari Rp1,65 triliun di tahun 2023 menjadi Rp1,86 triliun pada 2024. Laba kotor juga mengalami peningkatan menjadi Rp239,05 miliar dibanding Rp227,75 miliar tahun sebelumnya.

Sejalan dengan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), ALDO akan melakukan buyback saham selama periode 12 Juni 2025 hingga 11 Juni 2026. Dana sebesar Rp10 miliar telah disiapkan dan seluruhnya berasal dari dana internal Perseroan.

“Aksi buyback ini bertujuan menjaga kewajaran harga saham dan meningkatkan kepercayaan pasar. Dengan posisi kas dan permodalan yang solid, aksi ini tidak akan mengganggu operasional maupun rencana ekspansi kami,” ujar Kuswara.

Buyback saham ini akan dilakukan pada harga yang sama atau lebih rendah dari harga penutupan perdagangan sebelumnya. Perseroan menegaskan tidak ada dampak terhadap pendapatan maupun laba secara material.

Komisaris ALDO Meigi Sonnata Widjaja turut menyampaikan apresiasi atas dukungan seluruh pemangku kepentingan.

“Kami sangat menghargai kontribusi para pemegang saham, mitra usaha, pelanggan, dan seluruh tim ALDO. Kolaborasi ini adalah kunci dari keberlanjutan dan daya saing bisnis kami ke depan,” ujarnya.

Manajemen optimistis bahwa dengan strategi operasional yang disiplin dan aksi korporasi yang tepat, stabilitas harga saham ALDO akan tetap terjaga serta mencerminkan kinerja fundamental Perseroan yang terus bertumbuh.

Selain itu, ia juga mengatakan, produk kertas coklat saat ini semakin diminati oleh para pelaku usaha termasuk pelaku usaha kecil.

"Kertas coklat penggunaannya akan terus berkembang. Kalau kita lihat sekarang pemesanan makanan online banyaknya sudah pakai produk seperti ini sangat sedikit yang pakai styrofoam lagi," kata Herwanto.

Menurutnya, selama ini produk kertas coklat untuk makanan memang masih ada lapisan plastik yang sudah sesuai standar. Namun, untuk memudahkan produk ini terurai maka perusahaan tengah mempersiapkan produk yang tidak ada plastiknya. 

Ia mengklaim, produk ini lebih ramah lingkungan serta ramah makanan. Sehingga saat ini tren penggunaan bahan kertas tersebut sudah marak dijual di luar negeri.

"Jadi bahan kimia ini ramah makanan, kena minyak, kena air panas pun tidak masalah," ungkapnya.

Melihat potensi tersebut, Aldo dipastikan akan melakukan ekspor ke pasar Amerika. Kesempatan ini terbuka setelah terjadinya perang tarif Amerika dan China. 

“Jadi hulunya kita sudah, kapasitas cukup besar, sekarang kita ke hilir. Hilirnya kita bikin beberapa untuk pasar Amerika. Jadi yang tadinya diisi perusahaan Cina, tetapi karena Cina dengan Amerika ada masalah tarif, ini menjadi terbuka untuk kita,” jelasnya. 

Tahun ini, lanjut dia, Aldo mulai mengekspor kertas coklat ke Amerika sebanyak delapan kontainer per bulan. 

Ekspor ini membuat perusahaan bisa menyeimbangkan impor bahan baku dengan pendapatan ekspor yang menggunakan dolar. 

Herwanto meyakini pasar kertas coklat dalam negeri juga akan terus berkembang, khususnya pasar online, penggunaan kertas coklat pun sudah sangat massal. 

“Alkindo menjadi perusahaan pertama yang memperkenalkan masyarakat kepada kertas coklat. Kami membentuk, menginisiasi, dan mengedukasi pasar, sehingga kertas coklat semakin banyak digunakan,” terangnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dea Andriyawan
Editor : Ajijah
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper