Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pameran arsitektur dua Jerman

Tembok berlin (reuters)Anda ingat Tembok Berlin? Bangunan simbol peristiwa perpecahan Jerman menjadi Republik Demokratik Jerman (Jerman Timur) dan Republik Federal Jerman (Jerman Barat) yang terjadi selama kurun 1949—1990.
Tembok berlin (reuters)
Tembok berlin (reuters)

Tembok berlin (reuters)Anda ingat Tembok Berlin? Bangunan simbol peristiwa perpecahan Jerman menjadi Republik Demokratik Jerman (Jerman Timur) dan Republik Federal Jerman (Jerman Barat) yang terjadi selama kurun 1949—1990. Setidaknya, peristiwa tersebut telah memengaruhi berbagai sektor kehidupan di kawasan Jerman saat itu, mulai dari sosial, pemerintahan, hingga kependudukan. Lebih dari 50 tahun setelah penyatuan kembali Jerman Timur dan Jerman Barat dan sekitar 20 tahun setelah reunifikasi Jerman, untuk pertama kalinya dilakukan upaya kilas balik perkembangan arsitektur di kedua negara Jerman itu. Hal tersebut tercermin dalam pameran yang bertajuk Dua Arsitektur Jerman 1949—1989 yang digelar di Campus Center Timur, Institut Teknologi Bandung (ITB), pada September hingga Oktober. Pameran tersebut berlandaskan penelitian selama beberapa tahun di Fachbereich Architektur der Hochschule für Bildende Künste Hamburg atau Bidang Studi Arsitektur pada Sekolah Tinggi Seni Rupa Hamburg. Tak tanggung-tanggung, penelitian itu melibatkan Simone Hain dan Hartmut Frank sebagai kurator dan Katrin Peter sebagai koordinator proyek, serta didukung oleh karya dan model sejumlah mahasiswa. Pameran tersebut menyoroti perbedaan dan persamaan di antara dua konsep arsitektur yang sepertinya terpisah. Selain itu, mengungkapkan konteks budaya dan politik-ekonomi kedua ragam arsitektur itu melalui berbagai contoh, dan mengkaji proses perkembangan yang berlangsung dalam situasi berbeda dengan mengacu sejarah bidang arsitektur itu sendiri. Materi yang dipajang dalam pameran Dua Arsitektur Jerman tersebut terdiri atas lima bagian, yakni sistem kepemerintahan dan peraturan negara, budaya dan keyakinan, bermukim dan rekreasi, pendidikan dan pelatihan, serta bisnis/industri dan transportasi. Menurut dosen Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB Eko Purwono, kedua negara yang sempat berseteru tersebut memiliki pengaruh arsitektur dari masing-masing kubu yang berjaya saat itu. Sebagaimana diketahui, ujar dia, Jerman Timur lebih mengarah ke Uni Soviet yang cenderung komunis. Dengan demikian, bangunan yang didirikan di negara tersebut lebih condong apa adanya dan mempertahankan tradisi yang ada. Berbeda halnya dengan Jerman Barat yang dipengaruhi oleh tentara sekutu di bawah pimpinan Amerika Serikat, sehingga bangunannya cenderung lebih modern bila dibandingkan dengan Jerman Timur. “Fokus penelitian yang disajikan di pameran ini adalah hunian, penghargaan terhadap masa lalu, dan hubungan antara tradisi dengan inovasi bangunan,” tuturnya. Secara konsep, kata dia, pameran tersebut menelusuri hal-hal yang mengakibatkan divergensi dan konvergensi dua kutub arsitektur yang berbeda, mempelajari proses perkembangannya, serta menunjukkan dampak dari perbedaan konteks budaya, politik, dan ekonomi. Pameran arsitektur tersebut merupakan model grafis dari contoh proses komunikasi yang praktis untuk mengenali dan memproses perbedaan budaya akibat perpecahan sistem politik dan sistem pembangunan sosial. Karya arsitektur di pameran tersebut diwakili 22 karya desain ditambah dengan karya bangunan yang hanya dikenal di Jerman Barat atau Jerman Timur. (MSU)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Newswire
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper