Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lukisan maestro Nashar dilelang

IlustrasiJAKARTA (bisnis-jabar.com) : Balai Lelang Larasati menyelenggarakan  lelang dengan tema  “Traditional & Contemporary Art” pada  hari ini Sabtu 13 Agustus di Nyoman Sumerta Fine Art Gallery Bali.
Ilustrasi
Ilustrasi

IlustrasiJAKARTA (bisnis-jabar.com) : Balai Lelang Larasati menyelenggarakan  lelang dengan tema  “Traditional & Contemporary Art” pada  hari ini Sabtu 13 Agustus di Nyoman Sumerta Fine Art Gallery Bali. Dalam lelang kali ini Larasati menawarkan 111 lukisan. Di antaranya ada tiga lukisan maestro modern Indonesia Nashar (1928-1994) berjudul  Penari (Rp 10 juta-Rp 13 juta), Irama Alam I(Rp 35 juta-Rp 45 juta) dan Irama Alam II (Rp 35 juta-Rp 45 juta). Lukisan Nashar ini merupakan ungkapan perasaan pelukisnya pada kemurnian bentuk-bentuk bebas dari representasi alam atau objek-objek apapun. Nashar menghadirkan perasaan murni itu lewat irama garis, bentuk-bentuk, warna ataupun ruang. Dalam lukisannya ini, irama-irama itu memancarkan perasaannya yang mengalir sunyi. Akan tetapi di dalamnya juga ada energi yang berombak, lewat getaran-getaran nuansa tekstur warna cerah yang berfungsi menghadirkan bentuk-bentuk abstrak itu. Nashar adalah pelukis yang dengan intens melakukan pencarian esensi objek-objek manusia, alam dan lingkungan, tetapi esensinya adalah bagaimana dia mengungkapkan totalitas jati diri. Lewat bentuk-bentuk yang terus disederhanakan sampai menuju abstraksi total, sebenarnya merupakan ekspresi yang mencerminkan efek psikis dari pengalaman kehidupan sehari-hari. Warna-warna yang cemerlang sering tidak mengungkapkan kecerahan, tetapi menceritakan efek dramatis kehidupannya. Untuk mencapai kedalaman esensi objek-objek dan kemurnian perasaan dalam lukisannya, dia merumuskan perjuangan kreativitas lewat kredo “Tiga Non”. Pertama yaitu non konsep. Maksudnya adalah, ketika mulai melukis dia belum punya gambaran, konsep, bahkan gaya yang akan dipakai. dia hanya mengandalkan pada keinginan jiwa dan intuisi yang akan mengalir. Kedua, yaitu non objek. Dalam kredo ini ia percaya bahwa suasana intens dalam melukis akan mendorong untuk mendapatkan suatu bentuk atau objek sendiri dalam kanvas. Ketiga, adalah non teknik. Dalam melukis dia selalu tidak berangkat dari pola teknik. Teknik akan menyesuaikan dengan citra dalam berkarya. Dengan kredo tiga non itu diharapkan melukis harus melalui proses perjuangan yang sulit, sehingga situasi jiwa murni selalu terjaga. Karya maestro lainnya berjudul “Borobudur-A Moment Contemplation” ( Srihadi Soedarsono) dengan estimasi harga Rp 275 juta-Rp 350 juta, karya Popo Iskandar berjudul “Air Terjun” (Rp 45 juta-Rp 55 juta) dan “Bamboo” 9Rp 70 juta-Rp 90 juta). (fsi)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Newswire

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper