BANDUNG (bisnis-jabar.com): Sebuah kecelakaan tragis yang hampir merenggut nyawa Ujang Sumarna pada 2008 silam menjadi cikal-bakal keberadaan produk ini. Bukan hanya kehilangan pekerjaannya sebagai tukang bangunan di Bone, Sulawesi Selatan, Ujang pun harus menanggung biaya pengobatan kaki kanannya yang hampir diamputasi. Dua tahun berjalan tanpa memiliki pekerjaan, membuat beban keluarga Ujang semakin berat. Apalagi, kebutuhan untuk pengobatan masih terbilang besar. Atas saran dari keluarga terdekatnya, dengan modal awal Rp200.000, pada 2010 Ujang dan keluarganya mulai menjajal bisnis kicimpring, penganan berbahan dasar singkong. Berbeda dengan kicimpring kebanyakan, Ujang membuatnya dengan rasa pedas dan bentuk yang lebih kecil. Keahlian istrinya dalam memasak membuat kicimpring tersebut memiliki rasa yang istimewa. Awalnya, Ujang hanya menjual ke keluarga terdekat, dengan promosi dari mulut ke mulut. Rasanya yang enak, gurih, dan pedas membuat kicimpring Ujang mulai dicari, bahkan menjadi pilihan oleh-oleh. Mulailah kicimpring tersebut merambah sejumlah kota, baik di dalam maupun luar Jawa. Sayang, selama itu produknya dijual tanpa label. Awal tahun ini, setelah keponakannya, Agus Hermawan, bergabung, perspektif Ujang tentang usaha pun mulai bergeser. Ujang mulai menyadari arti merek bagi produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Kini kicimpringnya mengusung merek “Mang Ujang” dan dibanderol dengan harga Rp10.000 per bungkus. Bukan hanya kemasan yang lebih menarik, varian rasa pun diperkaya dengan tiga pilihan, yaitu pedas, semi pedas, dan ekstra pedas. Cara penjualan pun diperluas, bukan hanya di Jln Banteng Dalam 2 No 9 Bandung, tapi juga dengan memanfaatkan situs jejaring sosial Facebook, melalui akun Kecimpring Mang Ujang pada alamat [email protected]. “Saya lihat potensi pasarnya cukup bagus. Rasanya enak, bikin ketagihan. Sayangnya, selama ini tidak digarap serius. Awal tahun ini, saya dan Mang Ujang sudah berkomitmen untuk menggarap usaha ini dengan serius,” kata Agus ditemui di Bandung, beberapa waktu lalu. Kini, kicimpring “Mang Ujang” sudah membukukan omzet minimal Rp15 juta per bulan. Pembelinya pun bukan hanya terbatas di Kota Bandung, melainkan juga sampai ke Banten, Jakarta, Manado, dan daerah lainnya. Dalam waktu dekat, Agus berencana memasukkan kicimpring “Mang Ujang” ke sejumlah pusat oleh-oleh. “Kalau ada rezekinya, Insya Allah kami ingin membuat outlet di Jln Riau untuk membidik pasar wisatawan. Akan tetapi, kami juga tidak ingin kehilangan pasar lokal. Keduanya akan kami garap dengan serius,” tutur Agus. Sejauh ini, kicimpring “Mang Ujang” masih diproduksi dengan mengandalkan tiga orang tenaga kerja. Ke depannya, Agus berharap, usaha yang ia jalani bersama pamannya itu bisa tumbuh semakin besar, bahkan bisa menjadi salah satu oleh-oleh khas Bandung. “Saat ini kami sedang mencoba merintis untuk mengikuti sejumlah pameran. Kami ikut serta pada Cooperative Fair di Lapangan Gasibu, Bandung, 20 Juli lalu. Mudah-mudahan saja usaha ini menjadi besar dan bukan hanya menjadi penopang biaya pengobatan Mang Ujang,” tuturnya. (Ajijah)
Rasa Kicimpring Mang Ujang memang enak, gurih, dan pedas
BANDUNG (bisnis-jabar.com): Sebuah kecelakaan tragis yang hampir merenggut nyawa Ujang Sumarna pada 2008 silam menjadi cikal-bakal keberadaan produk ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Topik
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru

16 jam yang lalu
Warga Garut Tolak Rencana Reaktivasi Jalur KA Cikajang-Garut

17 jam yang lalu
Koperasi Merah Putih Prabowo Siap Tumbuh di 10 Desa Cirebon

17 jam yang lalu
PLTB Masuk Cirebon, Pemda Siapkan Strategi Sosial-Ekonomi
18 jam yang lalu
Harga Gabah di Cirebon Masih di Bawah HPP, Petani Menjerit
Terpopuler
# Hot Topic
Rekomendasi Kami
Foto
