Huawei siap investasi di Indonesia

BANDUNG (bisnisjabar.com): Delegasi Huawei Technologies Co dalam waktu dekat akan datang ke Indonesia ini untuk membicarakan rencana investasi di bidang telekomunikasi. Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring optimistis mampu menyerap dana investasi dari Huawei, yang akan diutamakan untuk mempercepat pembangunan jaringan serat optik di Indonesia bagian timur. Dia belum bisa mengemukakan potensi investasi dari perusahaan telekomunikasi besar asal Negeri Tirai Bambu tersebut. Yang jelas, nilainya akan sangat besar. "Investasi mereka ke Amerika saja sangat besar. Mereka memiliki modal yang besar," katanya, kemarin. Dia mengatakan investasi Huawei dapat berbentuk penanaman modal langsung maupun jenis lainnya, bergantung pada kesepakatan pada pertemuan bisnis nanti. “Hal ini kan menyangkut persoalan bisnis," tuturnya. Dirjen Postel Muhammad Budi Setiawan mengatakan minat Huawei untuk berinvestasi pada sektor telekomunikasi di Indonesia cukup tinggi. Akan tetapi, pemerintah tidak akan menutup kesempatan bagi perusahaan lain yang juga berminat menanamkan modalnya di Indonesia. Dia mengatakan tidak akan ada perlakuan khusus kepada Huawei jika mereka benar-benar menanamkan modalnya, seperti pola penunjukan langsung. Perusahaan harus tetap mengikuti proses lelang proyek. “Dalam hal ini, kami juga sedang memperbaiki aturan terkait lelang pengadaan jaringan serat optik tersebut,” katanya. Dia membenarkan pembangunan jaringan serat optik di Tanah Air berjalan lamban. Jaringan serat optik di Indonesia Barat memang  telah rampung. Akan tetapi, untuk kawasan bagian Indonesia Timur baru sekitar 60%. “Oleh karena itu tentu akan ada lagi proyek pengadaan jaringan serat optik untuk tahun depan.” Pada tahun 2010, alokasi APBN untuk proyek jaringan serat optik mencapai Rp2 triliun. Pada 2011, alokasi dananya juga hampir sama. Dia mengatakan percepatan pembangunan jaringan serat optik bertujuan untuk mengejar target pengguna internet dari kalangan household sebesar 50% pada 2015. “Saat ini, Indonesia sangat ketinggalan dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara lainnya. Pengguna household di Indonesia masih di bawah 10%,” katanya.