Bisnis.com, CIREBON - Pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) kerajinan rotan di Kabupaten Cirebon mengaku resah dengan kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang menerapkan tarif impor tinggi terhadap sejumlah produk dari luar negeri.
Bagi para pelaku UMKM kerajinan rotan, kebijakan tersebut menjadi batu sandungan besar dalam menjaga kelangsungan ekspor ke Negeri Paman Sam.
Kabupaten Cirebon dikenal sebagai salah satu sentra kerajinan rotan terbesar di Indonesia. Beragam produk seperti kursi, meja, dan hiasan rumah berbahan rotan dihasilkan oleh tangan-tangan terampil perajin setempat.
Selama bertahun-tahun, sebagian besar produk ini diekspor ke luar negeri, termasuk Amerika Serikat yang menjadi salah satu pasar utama.
Rohman, pengusaha rotan di Kecamatan Plumbon mengaku permintaan dari Amerika menurun drastis sejak tiga tahun terakhir. Ia yang semula rutin mengirim kontainer rotan ke distributor ke luar negeri, kini harus mencari celah agar barangnya tetap laku meski harganya melonjak akibat bea masuk yang tinggi.
“Kalau dulu harga kursi rotan kita bisa bersaing karena bebas tarif atau kena tarif rendah. Tapi sejak ada tarif tambahan, sepertinya bakal mengeluh," kata Rohman, Kamis (10/4/2025).
Baca Juga
Menurut Rohman, jauh sebelum ada kebijakan tarif ala Trump, ia bisa mengirim hingga tiga kontainer rotan setiap dua bulan. Namun kini, diprediksi hanya mampu mengirim satu kontainer.
Lesunya pasar ekspor berdampak langsung pada perajin skala kecil yang menjadi mitra UMKM seperti Rohman.
Banyak di antara mereka yang terpaksa dikurangi jam kerjanya, atau bahkan diberhentikan sementara. Hal ini turut memperburuk kondisi sosial ekonomi masyarakat di desa-desa sentra rotan seperti Tegalwangi, Panongan, dan Grogol.
Darma, yang biasa menganyam rotan dari rumahnya di Desa Tegalwangi, mengaku hanya menerima pesanan dua kali dalam sebulan. Padahal sebelumnya, ia bisa bekerja hampir setiap hari dan memperoleh penghasilan tetap.
“Sekarang cuma kadang-kadang ada kerjaan," kata Darma.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Cirebon Hilmi Rivai mengimbau para pelaku UMKM kerajinan rotan untuk tetap fokus menjalankan produksi meski dihadapkan berbagai tantangan pasar.
Ia menegaskan pemerintah daerah tidak tinggal diam dan akan terus berupaya membantu dari sisi pemasaran produk rotan khas Cirebon agar bisa menembus pasar yang lebih luas.
Menurutnya, sektor rotan menjadi salah satu kekuatan ekonomi kreatif Kabupaten Cirebon yang harus terus dijaga keberlanjutannya. Ia menyadari pelaku UMKM saat ini sedang menghadapi tekanan, baik akibat ketatnya persaingan global maupun perubahan kebijakan ekspor-impor dari negara tujuan utama.
"Saya meminta para perajin tidak kehilangan semangat untuk tetap berproduksi," kata Hilmi.
Ia menambahkan, Pemkab Cirebon juga telah menyiapkan sejumlah program pelatihan dan pendampingan usaha guna meningkatkan kualitas serta daya saing produk UMKM rotan. Upaya ini sejalan dengan strategi pemulihan ekonomi daerah.
Hilmi berharap kolaborasi antara pelaku usaha, pemerintah, dan stakeholder lainnya bisa menciptakan ekosistem usaha yang sehat dan berkelanjutan. “Kuncinya adalah sinergi. Pemerintah siap hadir, tapi pelaku UMKM juga harus tetap konsisten dan kreatif dalam menghasilkan produk,” tandasnya.