Bisnis.com, CIREBON - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kenaikan rata-rata harga gabah dan beras di wilayah Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan (Ciayumajakuning) pada Januari 2024.
Kenaikan ini dirasakan pada berbagai tingkatan, mulai dari petani hingga penggilingan, yang memengaruhi rantai pasok bahan pangan pokok ini.
Berdasarkan data BPS, harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani mengalami peningkatan sebesar 0,87%, mencapai Rp7.034 per kilogram. Sementara itu, harga beras kualitas premium di penggilingan naik 0,89%, menjadi Rp14.524 per kilogram.
Kenaikan harga ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor utama, seperti meningkatnya permintaan pasar menjelang musim panen raya, lonjakan biaya produksi, serta dinamika distribusi yang memengaruhi rantai pasok.
Menurut analisis BPS, kenaikan harga gabah dan beras di awal tahun ini bukan hanya disebabkan oleh siklus musiman. Biaya produksi yang meningkat, terutama harga pupuk dan bahan bakar, menjadi salah satu kontributor utama.
Selain itu, permintaan beras yang tetap tinggi, bahkan sebelum panen raya berlangsung, menambah tekanan pada harga.
Baca Juga
“Sejak akhir tahun lalu, permintaan cenderung meningkat karena persediaan di tingkat pedagang mulai menipis. Ditambah dengan kenaikan biaya produksi, harga pun mengalami penyesuaian,” kata Kepala BPS Jawa Barat Darwis Sitorus dalam keterangam tertulis, Jumat (3/1/2025).
Selain itu, distribusi yang tidak merata di beberapa wilayah Ciayumajakuning menjadi tantangan tersendiri. Wilayah dengan akses infrastruktur kurang baik cenderung mengalami kenaikan harga lebih tinggi dibandingkan daerah yang memiliki jalur distribusi lancar.
Kenaikan harga gabah memberikan angin segar bagi petani di wilayah Ciayumajakuning, meskipun tidak sepenuhnya mengatasi tantangan ekonomi yang mereka hadapi.
Usman, seorang petani di Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon, mengungkapkan kenaikan harga gabah cukup membantu, tetapi keuntungan mereka tetap terbatas karena biaya produksi juga ikut meningkat.
“Kami bersyukur harga gabah naik, tapi kenaikan ini masih kalah cepat dibandingkan harga pupuk, pestisida, dan biaya sewa alat pertanian,” katanya.
Bagi konsumen, terutama di wilayah perkotaan, kenaikan harga beras mulai dirasakan sebagai beban tambahan dalam pengeluaran rumah tangga.