Bisnis.com, BANDUNG-- Inflasi tahunan (year-on-year) Jawa Barat pada September 2024 mencapai 2,09%. Angka ini mengalami perbaikan jika dibandingkan dengan kondisi dua tahun sebelumnya, yakni pada 2022 6,12% dan 2023 2,35%.
"Sejak 2023 terus membaik, ada kecenderungan menurun. Kita bisa melihat pengendalian harga sudah mulai membaik," ungkap Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat Darwis Sitorus, dalam Berita Resmi Statistik (BRS), Senin (1/10/2024).
Ia menjelaskan, inflasi ini disumbang oleh emas perhiasan dengan andil 0,33%, beras 0,32%, Sigaret Kretek Mesin (SKM) 0,16%, kopi bubuk 0,11% dan Sigaret Kretek Tangan (SKT) 0,06%.
"Sigaret selalu masuk dan berkontribusi terhadap inflasi," ungkapnya.
Sementara itu, untuk komoditas yang menyumbang angka deflasi, adalah telur ayam ras -0,03%. Bensin 0,03%, daging ayam ras 0,05%, cabai merah 0,05% dan tomat 0,07%.
Sementara itu, dari 10 kota pengamatan perkembangan Harga konsumen, KOta Bekasi merupakan daerah dengan angka inflasi tertinggi dengan 2,34% dan sedangkan yang terendah adalah Kota Cirebon, yakni 0,83%.
Baca Juga
Utuk delapan daerah lainnya, yakni Kabupaten Bandung 2,28%, Kabupaten Majalengka 1,74%, Kabupaten Subang 2,18%, Kota Bogor 2,20%, Kota Sukabumi 1,44%, Kota Bandung 1,73%, Kota Depok 2,11% dan Kota Tasikmalaya 1,79%.
"Namun secara m-to-m Jabar mengalami deflasi 0,21% yang dipengaruhi oleh penurunan harga komoditas cabai rawit, cabai merah, daging ayam ras. Telur ayam ras dan bensin," ungkapnya.