Bisnis.com, CIREBON - Bank Indonesia Cirebon mencatat sebanyak 14 komoditas kerap menjadi penyumbang inflasi di Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan (Ciayumajakuning).
Belasan komoditas tersebut yakni, bensin, tarif air minum PDAM, rokok kretek filter, angkutan dalam kota, beras, minyak goreng, cabai merah, telur ayam ras, perhiasan emas, sabun deterjen, biaya sekolah menengah atas, tarif kereta api, upah asisten rumah tangga, dan rokok putih.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Cirebon Anton Pitono mengatakan belasan komoditas tersebut menjadi penyumbang inflasi di Ciayumajakuning selama lima tahun terakhir.
Salah satu komoditas yang terus memicu kenaikan inflasi dalam beberapa waktu terakhir ini adalah beras. Kenaikan tersebut dipicu oleh fenomena El Nino yang mengganggu produktivitas padi dan menggeser masa tanam.
Menurutnya, pasokan beras di awal 2024 menjadi terbatas. Saat ini intensitas El Nino sudah melemah dan bergeser ke La Nina.
“Diperkirakan curah hujan tinggi masih akan berlangsung hingga April 2024. Kondisi ini tetap perlu diwaspadai karena bertepatan dengan masuknya musim panen beras,” kata Anton, Rabu (13/3/2024).
Baca Juga
Disebutkan Anton, saat ini pihaknya mendorong percepatan distribusi beras SPHP Bulog ke pasar tradisional dan pasar modern. Kemudian, melakukan sidak pasar untuk memastikan tidak terjadi penimbunan beras Hari Raya Idulfitri.
Selain itu, melakukan pemetaan riil kebutuhan alsintan di setiap daerah dan revitalisasi RMU skala kecil menjadi skala menengah. Hal ini untuk meningkatkan kualitas rendemen beras yang diproduksi.
“Harus dilakukan peningkatan alokasi pupuk subsidi serta mendorong peralihan menggunakan pupuk organik,” kata Anton.
Kantor Perum Bulog Cirebon mengakui cadangan beras pemerintah (CBP) yang berada di gudang merupakan beras impor. Penyerapan beras lokal masih minim akibat mundurnya masa tanam pada awal 2024 ini.
Kepala Kantor Perum Bulog Cirebon Iman Firdaus Jamal menyebutkan musim tanam yang dilakukan di wilayah Cirebon, Majalengka, dan Kuningan baru dilakukan pada akhir Januari hingga awal Februari 2024.
“Sampai saat ini masih hasil pengadaan luar negeri. Pengadaan dalam negeri sudah habis, padahal pengadaan dari kami itu membantu cabang lain di Jabar,” kata Iman.
Menurut Iman, penyerapan terhadap produksi petani di wilaya kerjanya akan dilakukan mulai Mei 2024 atau setelah masa panen.