Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Februari 2024, Jabar Inflasi 0,45% Dipicu Harga Beras

Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat mencatat terjadi inflasi bulanan sebesar 0,45% pada Februari 2024 di provinsi tersebut.
Buruh menata karung berisi beras di Gudang Bulog Divre Jawa Barat di Gedebage, Bandung, Jawa Barat. Bisnis/Rachman
Buruh menata karung berisi beras di Gudang Bulog Divre Jawa Barat di Gedebage, Bandung, Jawa Barat. Bisnis/Rachman

Bisnis.com, BANDUNG - Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat mencatat terjadi inflasi bulanan sebesar 0,45% pada Februari 2024 di provinsi tersebut.

“Kemarin kita sudah merilis angka pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat tidak jelek-jelek banget. Paling tidak, bisa menggambarkan itulan kinerja yang dilakukan semua jajaran khususnya di masyarakat Provinsi Jawa Barat,” kata Kepala BPS Jabar Marsudijono, Jumat (1/3/2024).

BPS menyebutkan inflasi Februari 2024 dipengaruhi oleh penurunan produksi padi yang menjadi penyebab harga beras naik, serta harga pangan lainnya yang juga naik seperti daging ayam, telur, dan cabai.

Kelompok pengeluaran yang paling berkontribusi terhadap inflasi bulanan (m-to-m) juga berada pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau, dengan tingkat inflasi mencapai 1,25% dan andil inflasi sebesar 0,40%.

Bahan pangan, seperti beras, menjadi penyumbang inflasi terbesar, dengan kontribusi inflasi yang meningkat dibandingkan periode sebelumnya sebesar 0,29%.

Diikuti oleh telur ayam ras sebesar 0,06%, daging ayam ras sebesar 0,05%, cabai merah sebesar 0,04%, serta minyak goreng sebesar 0,02%. Namun, beberapa komoditas seperti, bawang merah -0,05%, tomat -0,02%, cabai rawit -0,01%, kol putih -0,01%, daun bawang -0,01% memberikan andil deflasi.

Sementara itu, dari perspektif year-on-year (y-on-y), tercatat inflasi sebesar 3,09% yang dipantau dari 10 kabupaten dan kota di Jawa Barat.

Marsudijono mewanti-wanti inflasi yang terjadi selama dua bulan terakhir agar di akhir tahun bisa mengerem kendali harga. Terjadi dan kelompok pengeluaran terbesar terjadi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan besaran 6,78% serta andil inflasi 2,04%.

Dan komoditas yang mengambil andil paling besar pada inflasi masih diduduki oleh beras dengan inflasi sebesar 0,73%, disusul sigaret kretek mesin 0,19%, cabai merah 0,19%, daging ayam ras 0,14%, serta bawang putih sebesar 0,11%. Dan komoditas yang andil dalam deflasi ada pada jengkol -0,01%, telepon seluler-0,2%, minyak goreng-0,02%, bahan bakar rumah tangga-0,06%, dan bawang merah-0,11%.

Inflasi bulanan (m-to-m) tertinggi di Jabar terjadi di Kota Tasikmalaya sebesar 0,71% dan terendah di Kabupaten Subang sebesar 0,13%. Sedangkan inflasi tahun ke tahun (y-on-y) Februari 2024 yang tertinggi terjadi di Kabupaten Subang sebesar 4,56% dan yang terendah berada di Kota Bandung dengan inflasi 1,95%.

Inflasi Ramadan

Menghadapi Ramadan, BPS memberikan peringatan serius terkait potensi inflasi yang tinggi selama periode ini. Berdasarkan analisis data historis, bulan Ramadan secara konsisten ditandai dengan tingkat inflasi yang meningkat. Faktor utama yang berkontribusi pada kenaikan ini adalah komoditas pangan yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat.

Daging ayam ras, minyak goreng, beras, ayam hidup, daging sapi, telur ayam ras, dan gula pasir adalah beberapa contoh komoditas yang cenderung mengalami kenaikan harga signifikan selama bulan Ramadan.

Kenaikan harga ini dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap daya beli masyarakat, terutama bagi mereka yang bergantung pada pendapatan terbatas.

“Ini belum menghadapi bulan Ramadan, untuk itu kepada tim DPID (Dana Penyesuaian Infrastruktur Daerah) diharapkan juga bisa mengambil langkah utnuk menghadapi bulan Ramadan dan Hari Raya Idulfitri,” tegas Marsudijono.

Pemerintah dan pelaku ekonomi diharapkan untuk mengambil langkah-langkah proaktif dalam mengantisipasi dampak dari potensi kenaikan harga selama bulan Ramadan.

Langkah-langkah tersebut dapat meliputi pengawasan harga, kebijakan distribusi komoditas strategis, serta stimulasi pasar untuk menjaga stabilitas harga dan mencegah terjadinya lonjakan inflasi yang berlebihan. 

(Dini Putri Rahmayanti)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Redaksi
Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper