Bisnis.com, BANDUNG -- Nilai impor Jawa Barat untuk konsumsi secara komulatif (c to c) Januari-Juli 2022 terhadap periode yang sama pada 2023 terus tumbuh. Hal ini dinilai harus diantisipasi lantaran mengancam produksi domestik.
Hal tersebut disampaikan kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat Marsudijono, Jumat (1/9/2023).
Menurutnya tren impor untuk penggunaan konsumsi ini alami peningkatan. Hal ini kata dia harus menjadi perhatian.
"Ini berarti warning, ada sesuatu kondisi produksi khususnya di domestik Jawa Barat ada kendala atau memerlukan barang-barang untuk masyarakat dari impor, ini jangan berlanjut," jelasnya.
Ia berharap produksi domestik bisa menyubtitusi barang-barang impor negara tetangga yang dibutuhkan oleh warga Jawa Barat.
Menurutnya, struktur penggunaan komoditas ekspor untuk konsumsi saat ini meningkat menjadi 8,92 persen. Meskipun angka ini masih relatif kecil dari struktur lainnya, yakni bahan baku/penolong 79,43 persen dan barang modal 11,65, namun jika terus dibiarkan akan berisiko.
Baca Juga
Tren impor untuk konsumsi ini kata Marsudijono secara rinci alami kenaikan secara c-to-c dari USD0,62 miliar menjadi USD0,64 miliar atau naik sebesar 3,93 persen.
Sebaliknya, yang menjadi struktur penggunaan komoditas impor terbesar yakni Bahan Baku Penolong menurun 19,16 persen.
Hal yang sama juga terjadi pada impor untuk penggunaan bahan baku/ penolong yang juga anjlok 20,60 persen.
"Ini harus hati-hati, impor itu harusnya jadi penopang industri pengolahan yang berorientasi ekspor," jelasnya.
Sementara itu, secara m-t-m, nilai impor Jawa Barat meningkat 13,66 persen dari USD 1 miliar menjadi USD1,13 miliar.
"Namun secara y-o-y turun 11,08 persen," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel