Bisnis.com, PURWAKARTA - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Purwakarta was-was karena hampir seluruh desa/kelurahan di 17 kecamatan yang ada memiliki risiko kekeringan, salah satunya krisis air bersih.
Plt Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Purwakarta Yuddy Hediana menuturkan kekurangan air bersih sejauh ini memang menjadi salah satu persoalan yang acapkali menghantui sebagian besar masyarakat di wilayahnya di kala musim kemarau tiba. Adapun dari 192 desa/kelurahan yang ada, sebanyak 16 desa di antaranya masuk wilayah rawan bencana kekeringan kategori tinggi.
"Hasil pemetaan tim kami, ada 16 desa yang masuk ke dalam risiko kekeringan rendah, 170 desa masuk ketegori kekeringan sedang dan 16 desa masuk ke dalam wilayah rawan kekeringan kategori tinggi," ujar Yuddy, Senin (26/6/2023).
Adapun 16 desa yang berpotensi mengalami dampak kekeringan cukup tinggi, Yuddy menjelaskan, masing-masing Desa Bojong Barat, Cipeundeuy, Pasanggrahan dan Desa Sindangsari (Kecamatan Bojong). Kemudian, Desa Cikadu dan Desa Cirangkong (Kecamatan Cibatu).
Selanjutnya, Desa Legoksari (Kecamatan Darangdan). Lalu, Desa Taringgul Landeuh (Kecamatan Kiarapedes), Desa Cirama Hilir (Kecamatan Maniis), Desa Ciririp (Kecamatan Sukasari), Desa Cadas Mekar dan Desa Galumpit (Kecamatan Tegalwaru), serta Desa Nagrok, Desa Simpang, Desa Taringgul Tengah dan Desa Wanayasa (Kecamatan Wanayasa).
Yuddy menuturkan, data yang diperoleh jajarannya itu merupakan hasil laporan dari masing-masing desa. Selain untuk pemetaan, data tersebut juga sekaligus menjadi rujukan guna meminimalisasi kerugian dampak musim kering. Termasuk, rujukan penanggulangan krisis air bersih.
Yuddy menjelaskan, saat ini jajarannya telah mengawasi wilayah-wilayah yang rawan kekurangan air tersebut. Apalagi, saat ini terjadi fenomena El Nino yang sedikit besarnya cukup berdampak pada kondisi cuaca tahun ini.
Meski begitu, sampai saat ini pihaknya belum menerima laporan adanya warga yang telah mengalami kekurangan air bersih.
Terkait upaya yang akan dilakukan jajarannya jika terjadi krisis air di masyarakat, yakni dengan mengordinasikan persoalan tersebut ke dinas terkait guna memberikan bantuan jangka pendek berupa pengiriman air bersih. Dalam hal ini, pihaknya telah melakukan kordinasi lintas instansi, termasuk dengan PDAM setempat.
"Upaya jangka pendeknya, dengan mendistribusikan bantuan air bersih ke daerah yang kesulitan air bersih tersebut," kata dia.
Sejauh ini, lanjut dia, pihaknya juga telah menyebar imbauan ke masing-masing kecamatan. Jadi, pemerintah kecamatan maupun desa/kelurahan diminta untuk segera melapor jika di wilayahnya telah terjadi kekurangan air. Supaya, pihaknya bisa secepatnya kirim bantuan air bersih tersebut.
Yuddy menambahkan, selain potensi kekurangan air bersih di musim kemarau ini pihaknya juga turut mengantisipasi kasus kebakaran. Mengingat, sebagian wilayahnya merupakan daerah rawan kebakaran, apalagi saat musim kemarau seperti sekarang ini. Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) menjadi salah satu yang paling diwaspadai.
"Hampir semua kecamatan, berpotensi (kebakaran). Tapi ada beberapa kecamatan yang paling diantisipasi. Hal itu menilik dari kasus kebarakan yang kerap terjadi di wilayah-wilayah itu," tambah dia.
Dia menambahkan, sejauh ini ada beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya kebakaran ini. Disamping karena faktor alam, menurut dia, kasus kebakaran yang kerap terjadi di wilayahnya itu juga akibat kelalaian manusia (human error).
"Selain rumah, kebakaran ini kerap melanda kawasan hutan dan lahan. Makanya, ini yang sekarang kami waspadai," jelas dia.
Yuddy kembali menambahkan, di musim kering seperti ini pihaknya mengimbau kepada seluruh masyarakat, terutama yang tinggal di perumahaan atau di kawasan padat penduduk untuk berhati-hati pada saat meninggalkan rumah. Misalnya, jangan lupa pemeriksaan ulang jika telah menggunakan kompor.
Selain itu, imbauan dia, pihaknya juga meminta supaya masyarakat lebih berhati-hati pada saat membakar sampah. Karena, saat musim kemarau seperti ini hembusan angin cukup kencang. Jika tak berhati-hati, percikan api yang dihembus angin itu akan dengan mudahnya membakar apa saja di sekitarnya saat musim kering ini.
"Penanggulangan bencana, merupakan tanggung jawab bersama. Sehingga, kami mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk dapat meningkatkan kerjasama antara para pemangku kepentingan dalam pengurangan resiko bencana," pungkasnya seraya menegaskan saat ini sudah ada 2.196 relawan bencana alam yang tersebar di seluruh kecamatan. (K60)