Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penelitian 4 Kampus di Jabar Pastikan Migrasi Siaran Analog ke Digital Menguntungkan

Migrasi penyiaran dari analog menuju digital tengah berlangsung mengingat enggat waktunya sekitar tiga bulan lagi.
Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jabar Adiyana Slamet dan periset asal Unisba Atie Rachmiatie
Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jabar Adiyana Slamet dan periset asal Unisba Atie Rachmiatie

Bisnis.com, BANDUNG - Migrasi penyiaran dari analog menuju digital tengah berlangsung mengingat enggat waktunya sekitar tiga bulan lagi.

Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jabar Adiyana Slamet mengatakan pihaknya telah melakukan penelitian dengan menggandeng empat universitas.

Menurutnya dari hasil penelitian yang dilakukan itu banyak keuntungan yang didapatkan setelah melakukan migrasi ke digital.

"Setiap keputusan yang diambil harus ada data. Ini yang kami lakukan dan bagian dari penguatan langkah ke depan," katanya, Kamis (25/8/2022).

Menurutnya proses migrasi ke digital atau program analog switch off (ASO) memiliki tantangan dan kompetisi bagi lembaga penyiaran. Namun, ada keuntungan lainnya yakni efesiensi biaya, kualitas siaran dan lainnya.

"Hasil dari tim riset Universitas Padjadjaran (Unpad) tentang program siaran pasca-ASO. Jadi, akan ada lokalitas muatan siaran yang bisa menjadi konten killer," katanya.

Pihaknya menjelaskan soal penelitian lainnya yang dilakukan Universitas Pasundan (Unpas) mengenai ekosistem yang terbangun setelah ASO. Dari Universitas Islam Bandung (Unisba) mengenai industri kreatif yang bakal tumbuh karena ASO.

"Usai produktif di Jabar itu ada 38,6 juta jiwa. Ini pintu masuk mengais rezeki di sana. Kontennya, bisa disalurkan ke lembaga penyiaran dikonversi menjadi nilai ekonomi," katanya.

Kemudian, ada juga riset dari Universitas Swadaya Gunung Jati (UGJ) Cirebon tentang kolaborasi ekosistem pada saat ASO terealisasi. Televisi lokal memiliki peluang untuk membangun ekosistem industri.

Salah seorang periset asal Unisba Atie Rachmiatie mengatakan Indonesia tertinggal dengan negara lainnya yang sudah lebih dulu migrasi ke digital. Etie juga menjelaskan adanya kendala dari segi ekonomi, pertama soal kebutuhan set top box (STB), kebutuhan infrastruktur penyiaran di daerah.

Namun, Atie menjelaskan di satu sisi migrasi digital sangat berpeluang besar untuk menumbuhkan tayangan berkualitas dan ekonomi masyarakat.

"Tentu harus ada komitmen antara TV (lembaga penyiaran) lokal, industri lokasi, konten kreator lokal. Konten-konten yang bisa lebih dekat. Misal Bandung, ya harus bisa dari, oleh dan untuk," katanya.

Pihaknya berharap migrasi penyiaran digital itu bisa meningkatkan kualitas tayangan, yakni siaran yang memiliki tanggung jawab sosial. Ia mendorong adanya kolaborasi.

"Anak muda kreatif kerja sama, kerja bareng juga dengan perguruan tinggi tentang konten yang kualitas dan etika. Ini idealnya. Dan ini harus ke sana," katanya.

Kerja sama antar pihak itu merupakan upaya dalam memotong lingkaran setan yang terjadi saat ini. Sebab, lanjut Atie, siaran saat ini cenderung kurang berkualitas namun dipertahankan karena mengikuti pasar.

"Karya berkualitas itu belum tentu disukai. Idealnya yang kualitas itu disukai. Ada balance. Siaran yang kualitasnya tidak baik justru disukai pasar. Faktanya begini. Ini lingkaran setan, dan harus diputus," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Jabar Ika Mardiah mengatakan migrasi ke digital tak hanya berdampak pada kualitas siaran. Ika menjelaskan ada peluang tumbuhnya ekonomi daerah.

"TV digital ini menumbuhkan dan memperkuat platform. Saat ini kan platform dari luar negeri. Sedangkan, siaran TV digital ini kan dibuat warga, ini akan memperkuat ekonomi masyarakat," katanya.

Ika juga mengatakan riset yang dilakukan empat universitas dan KPID itu menjadi bahan untuk menentukan kebijakan selanjutnya setelah ASO diterapkan. Banyak aspek yang bakal berubah ketika ASO sudah berjalan.

"Harus siapkan SDM. Pemantauan konten juga harus dipertimbangkan, kelembagaan penyiarannya seperti apa. Banyak hal setelah ASO itu. Nanti akan kami terima risetnya," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper