Bisnis.com, BANDUNG - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil tengah menyiapkan gerakan Jawa Barat Urban Farming guna menekan inflasi sekaligus mengatasi krisis pangan.
Untuk menjalankan program ini, sejumlah kantor pemerintahan Provinsi Jawa Barat akan ditanami komoditas yang memiliki harga fluktuatif seperti tomat, cabai dan bawang merah.
"Mulai tanggal 19 (Agustus) tanah-tanahnya akan ditanami oleh tanaman pertanian, rumah saya, juga Pakuan, kantor dinas-nya dari kadis-nya," katanya, Rabu (11/8/2022).
Meski pertumbuhan ekonomi Jabar di semester ini masih dinyatakan aman, yaitu di 5,6 persen dan 4,94 persen. Namun mengingat ada ancaman guncangan mendorong pihaknya melakukan sejumlah inovasi.
Agar Jabar Urban Farming mendapat dukungan warga, pihaknya akan melibatkan BUMD Agro Jabar untuk membeli komoditas yang ditanam tersebut.
"Seperti kita kelola sampah. Ada yang setor sampah dapat poin, pengambil sampah dapat poin disetor ke pengepul dapat poin. Sirkular ekonomi, nah ini bedanya pangan," katanya.
Dengan cara ini pihaknya berharap, Provinsi Jabar dapat mengendalikan kekurangan suplai sejumlah komoditas yang diatur oleh hukum pasar.
Menurutnya, dengan terpenuhinya suplai komoditas maka akan mengurangi potensi inflasi. Kalau inflasi tinggi, maka masyarakat akan sukar membeli barang dengan harga murah sehingga pendapatan tergerus dan kesejahteraan pun menurun.
"Nah sekarang bikin konsep, sekarang ada yang ambil dan bayarnya. Itu yang gak ada di gerakan urban farming dulu. Mayoritas dianggap mengkonsumsi, tapi ada kelompok yang gak mau. Saya motivasi supaya mau tapi dibeli. Aplikasi seperti octupus, food suplai," paparnya.
Selain gerakan urban farming, untuk jangka panjang pihaknya akan meningkatkan kerja sama antar daerah secara konkrit. Persoalan yang terjadi saat ini yaitu masyarakat Jabar harus mengocek dana lebih tinggi untuk mendapatkan beberapa komoditas yang sebenarnya berasal dari Jabar sendiri.
Hal tersebut, seperti yang terjadi pada komoditas telur dari Sukabumi yang dibeli oleh perusahaan di DKI Jakarta lalu kembali dijual untuk masyarakat Bogor.
"Orang Bogor beli lebih mahal nah kita akan petakan sehingga nanti Bogor MOU dengan asosiasi di Sukabumi, gak usah lewat Jakarta dulu langsung Sukabumi ke Bogor pasti harga lebih murah," katanya.