Bisnis.com, BANDUNG - Seiring sejalan, menjadi frasa yang tepat dari jalan yang ditempuh Yoga Tri Herlambang, peternak kelinci sekaligus musisi asal Bandung yang mampu menjalankan kedua hobinya menjadi pundi-pundi rupiah.
Yoga mengaku, identitasnya sebagai penggebuk drum sekaligus pecinta kelinci tak bisa dipisahkan. Dari keduanya dia bisa mencapai titik ini, mampu bekerja dalam hal yang disukai.
"Basic-nya passion, saya tuh kalau dibilang identik dengan main drum dan ternak kelinci, dari dulu," jelas Yoga kepada Bisnis, belum lama ini.
Ia menceritakan, kecintaannya terhadap kelinci sudah terjalin sejak dua dasawarsa silam. Ia gemar wara-wiri ke Lembang hanya untuk mencari jenis-jenis kelinci unik untuk ia pelihara. Hingga akhirnya hati Yoga berlabuh pada kelinci jenis Netherland Dwarf, kelinci berukuran mini yang pada saat itu sangat jarang dimiliki orang.
Seiringnya waktu, hobi Yoga mencari dan mengembangbiakkan kelinci mengantarkannya kepada jalan yang lebih luas. Entah dari proses yang mana yang ia lewati, Yoga sampai bisa memiliki relasi untuk mengimpor indukkan-indukkan kelinci dari Eropa dan Amerika yang sangat jarang ada di Indonesia.
"2017 kita mulai serius, kita branding secara brand peternakan, akhirnya kita kembangin terus, dari kompetisi kita ikutin, kita menang, kita juga seleksi bibitan sampai akhirnya jadi anakan yang oke. Sampai akhirnya menjadi bisnis," imbuh dia.
Kisah Yoga, si Tangan Dingin di dunia perkelincian lama kelamaan semakin terdengar hingga ke mancanegara hingga ia ditantang untuk memenuhi kelinci sesuai dengan permintaan pasar di negara-negara tersebut.
"Berita itu sampai mungkin ke beberapa orang di luar negeri dan akhirnya mereka menawarkan kepada kita pasar itu, dan kita coba tekuni artinya kita penuhi permintaan pasar yang mereka minta, Alhamdulillah berjalan terus sampai sekarang. Makanya kita terus develop aja bangun kandang satu, kandang dua dan seterusnya," imbuhnya.
Hingga kini, ia mengatakan peternakan dengan nama The Bachelor Rabittery ini fokus untuk mengembangkan empat jenis kelinci dengan permintaan dan kesukaan terbesar di pasar ekspor. Yakni Transylvania Giant, Checkered Giant, Netherland Dwarf dan Dwarf Hotot.
"Yang kita kembangkan adalah sesuai dengan kebutuhan dan kesukaan, itu ada dua jenis kelinci, satu jenis yang giant dan dua jenis kelinci mini," jelasnya.
Yoga mengatakan, untuk di peternakan yang ada di Jalan Ciumbuleuit, Bandung saat ini sudah ada lebih dari 350 kandang. "Kita develop terus untuk mengembangbiakkan dari satu kandang, dua kandang dan seterusnya," jelasnya.
Tips Beternak Kelinci
Yoga mengatakan, dalam beternak kelinci, jika dijelaskan akan terdengar mudah dan simpel. Pasalnya, di usia dewasa yakni umur 5-7 bulan, kelinci sudah bisa dikembangbiakkan. Caranya juga cukup mudah, yakni dengan mengamati kelamin kelinci betina. Jika warna kelamin betina sudah berwarna merah artinya betina tersebut sudah bisa dibuahi. Sedangkan untuk kelinci jantan kata Yoga, biasanya selalu dalam keadaan birahi.
"Setelah mereka dikawinkan itu prosesnya 30 hari, setelah dikawinkan mereka bunting dan sampai mereka melahirkan itu proses sapih itu cuma butuh 1,5 bukan jadi kalau proses panen kalau kita bicara angka panen, itu prosesnya bisa memakan waktu 2,5 bulan atau 3 bulan," ungkapnya.
Yoga melanjutkan, rata-rata jumlah anakan kelinci dari dua jenis giant dan mini tersebut bervariasi. Yakni untuk kelinci Giant bisa beranak hingga 8-12 ekor dan untuk jenis kelinci mungil, rata-rata beranak 2-4 ekor.
"Untuk harga satu ekor anakan dari empat jenis kelinci yang dikembangbiakkan saat ini dibanderol Rp500.000 hingga mencapai puluhan juta rupiah," jelasnya. (k34)