Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mengintip Sejauh Mana Rencana Transisi Energi Baru Terbarukan di Jabar

Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jawa Barat Bambang Rianto mengatakan potensi EBT di Jawa Barat begitu berlimpah, namun masih banyak yang belum dimanfaatkan secara maksimal.
Diskusi media Energi Baru Terbarukan yang digelar Star Energy dan Pokja PWI Gedung Sate di Bandung, Senin (20/12/2021).
Diskusi media Energi Baru Terbarukan yang digelar Star Energy dan Pokja PWI Gedung Sate di Bandung, Senin (20/12/2021).

Bisnis.com, BANDUNG — Pemerintah Provinsi Jawa Barat serius mempersiapkan langkah pada transisi energi dari energi fosil ke energi baru terbarukan (EBT).

Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jawa Barat Bambang Rianto mengatakan potensi EBT di Jawa Barat begitu berlimpah, namun masih banyak yang belum dimanfaatkan secara maksimal.

“Jabar memiliki banyak potensi energi primer, kecuali batu bara,” katanya dalam diskusi media Energi Baru Terbarukan yang digelar Star Energy dan Pokja PWI Gedung Sate di Bandung, Senin (20/12/2021).

Menurutnya dalam upaya transisi energy dan program zero emisi, Jawa Barat sudah mengantungi rencana umum energi daerah (RUED). Ini menjadikan Jawa Barat menjadi satu dari sepuluh provinsi yang memiliki RUED. “Ini seiring dengan rencana umum energy nasional yang sudah disusun pemerintah,” katanya.

Bambang memastikan dalam RUED, sudah ditetapkan sejumlah target antara lain bauran energi yang pada 2025 penggunaan EBT sudah mencapai 25 persen sementara fosil seperti batubara 24 persen. “Pada 2050 EBT Jabar mencapai 28 persen, minyak bumi 16 persen, dan batubara 30 persen,” tuturnya.

Di sisi lain kesiapan penyediaan EBT pada 2050 Jabar lebih dari 138MTOE dan listrik lebih dari 5000 (4768 KwH) yang berasal dari berbagai sumber energi. Berdasarkan data baseline energi primer ESDM Jabar, pasokan itu datang dari potensi geothermal atau panas bumi di Jabar mencapai 5.924 MW. “Saat ini, yang baru termanfaatkan sebagai PLTP baru 1.219 MW.

Sementara untuk tenaga surya Intensitas Radiasi di Jabar mencapai 2,56 –4,15 KWh/M2, sementara yang termafaatkan sebagai PLTS baru 584 KWp.Adapun sumber energi dari angin dan gelombang laut belum dimanfaatkan secara signifikan, namun sejumlah investor sudah melakukan penjajakan.

Menurutnya transisi energi dari fosil ke EBT belum bisa berjalan optimal mengingat faktor regulasi masih menjadi kendala.

"Terkait dengan perizinan dan peraturan dan kewenangannya ada di pusat. Kita sendiri berusaha membantu sesuai dengan kewenangan kita. Jadi perizinan yang sifatnya regional kita bantu," katanya.

Kendati demikian, berbagai upaya untuk mengurangi emisi karbon terus dilakukan. Dalam waktu dekat, Pemprov Jabar berencana membangun pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) secara komunal di daerah terpencil atau yang belum teralisir listrik oleh perusahaan listrik negara (PLN).

Bambang menjelaskan, satu tower PLTB ini akan cukup untuk menghasilkan listrik dengan daya 5,5 KiloWatt (Kw). Daya sebesar ini cukup digunakan sekitar enam kepala keluarga (KK).

"PLTB Komunal itu salah satu kebijakan pak gubernur. Kita menjalin kerja sama dengan suatu perusahaan sebagai bentuk inovasi sekaligus pelayanan (pada masyarakat)," ujarnya.

Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat yang juga Ketua Asosiasi Daerah Penghasil Migas dan Energi Terbarukan (ADPMET) Ridwan Kamil mengaku greget dengan perkembangan energi terbarukan yang belum optimal. Padahal, kata dia, potensi energi terbarukan di Indonesia sangat melimpah.

Dari data yang ia dapat, potensi energi terbarukan di Indonesia mencapai 500 giga watt.

"Perhitungannya jelas energi terbarukan Indonesia itu 500 giga watt, kita 270 juta jiwa ini hanya akan mengkonsumsi 50 giga watt. 50 giga watt aja kita masih tidak niat karena masih senang dengan energi murah tapi kotor seperti batu bara dan lain-lain. Mengapa menggebu-gebu karena momentumnya sekarang," kata Emil, sapaan akrabnya dalam acara Rakernas Dua Dasawarsa ADPMET di Gedung Sate, Kota Bandung, Jumat (10/12/2021).

Gubernur Jawa Barat itu menjelaskan, dari kebutuhan 50 giga watt untuk 270 juta jiwa, diprediksi baru 23 persen yang bisa dioptimalkan pada tahun 2030. Padahal, Indonesia kaya dengan sumber energi terbarukan seperti tenaga surya, panas bumi hingga tenaga angin.

"Kecil banget. 2030 saja baru 23 persen dari 50 GW. Pokoknya kecil lah. Tiap daerah beda-beda. Di NTT kan panas itu solarsel, di Jabar geothermal sama air berlimpah, jadi bagi-bagi subsidi, di Sulawesi angin besar cocok," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper