Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Keren, Sistem Peternakan Modern Goopo Bisa Tetep Cuan Tanpa Harus Repot Miliki Kandang

Goopo sebagai platform urban farming digital asli anak negeri menawarkan konsep bisnis peternakan modern tanpa harus memiliki kandang, dan terbebani oleh harga pakan ternak yang fluktuatif, namun tetap dapat menikmati imbal hasil secara mudah dan aman.
CEO Goopo Inovasi Indonesia Arya Wicaksana
CEO Goopo Inovasi Indonesia Arya Wicaksana

Bisnis.com, BANDUNG - Penerapan teknologi informasi dalam kehidupan terus berkembang. Terbaru, penerapan sistem digitalisasi dalam bidang peternakan yang dilakukan Goopo.

Goopo sebagai platform urban farming digital asli anak negeri menawarkan konsep bisnis peternakan modern tanpa harus memiliki kandang, dan terbebani oleh harga pakan ternak yang fluktuatif, namun tetap dapat menikmati imbal hasil secara mudah dan aman.

CEO Goopo Inovasi Indonesia Arya Wicaksana mengatakan sistem peternakan modern ini merupakan bisnis rill. Artinya, investor benar-benar membeli sapi untuk digemukkan dan nanti investor akan mendapat cuan dari margin penjualan setelah penggemukan.

Nantinya melalui platform Goopo, konsumen dapat memonitor perkembangan sapi sebagai asetnya.

"Melalui aplikasi Goopo, memudahkan siapa saja untuk beternak sapi walau tidak memiliki lahan atau pakan, maupun pengetahuan dalam ternak sapi," ujarnya, Minggu (28/11/2021).

Inovasinya ini juga kata Arya, sejalan dengan program Pemerintah Provinsi Jawa Barat yaitu Petani Milenial. Terlebih, ketahanan pangan kini menjadi hal yang terus digaungkan oleh pemerintah.

Sebab meski kaya akan sumber daya alam, namun, Indonesia masih melakukan impor pangan dari berbagai negara dengan persentase yang terus meningkat setiap tahunnya.

Menurutnya dengan melalui platform digital tersebut, maka sapi yang diternakan bisa dipantau secara online dalam 24 jam dengan teknologi based on IoT (Internet Of Things).

Lebih jauh, dengan dukungan dari perbankan dan asuransi, maka ekosistem peternakan sistem yang dikembangkan oleh platformnya diklaim lebih aman dan menguntungkan.

"Ketika ada sapi yang sakit, mati atau kehilangan dicover oleh asuransi, ditambah dukungan perbankan, sehingga costumer dapat merasa aman dengan aset yang dimilikinya," ucapnya.

Arya menjelaskan konsep yang dilakukan oleh pihaknya yakni penggemukan, dimana imbal hasil bagi yang berinvestasi, berasal dari berapa kilogram penggemukan sapi dalam 100 hari.

"Misalnya pada awalnya sapi yang dibeli memiliki bobot 300 kilogram, kemudian setelah 100 hari dilakukan penggemukan, bobot sapi meningkatkan menjadi 400 kilogram. Dari penggemukan tersebut, yang menjadi return atau imbal hasil yang menarik bagi konsumen yang beternak melalui platform kami," ujar Arya.

Melalui platform urban farming digital Goopo, pihaknya menargetkan dalam enam bulan kedepan dapat terserap dana dari masyarakat hingga Rp 10 miliar, dalam investasi di sektor peternakan sapi. Mengingat kebutuhan akan daging sapi di Indonesia yang masih tinggi.

"Jadi memudahkan siapa saja yang ingin beternak sapi, tanpa perlu memiliki lahan atau bingung bagaimana pakannya. Semua bisa dilakukan pada platform web atau mobile apps. Enam bulan kedepan kita targetkan menyerap dana dari masyarakat sebesar Rp10 miliar," ucapnya.

Arya menjelaskan bahwa metode peternakan sapi yang dilakukan yakni koloni, yakni sapi-sapi dikumpulkan dalam satu tempat dan dimonitoring secara langsung. Mulai dari lahan, pakan, tempat dan lain sebagainya.

Diakuinya, selama ini terdapat keluhan masyarakat ketika berinvestasi dengan cara menitipkan ternaknya kepada orang lain untuk dikerjasamakan dalam kurun waktu tertentu, seperti mati atau hilang tanpa ada kejelasan dan bukti yang menguatkan pernyataan tersebut.

Maka, dengan pola monotoring langsung dalam satu koloni, lebih memudahkan dan transparan.

Ia menegaskan, pihaknya memiliki dua lahan peternakan atau farm, yakni di daerah Jatinangor dengan kapasitas 1.200 ekor dan Cikalong Wetan berkapasitas 1.500 ekor. Sehingga total yang dapat ditampung oleh pihaknya yakni, 2.700 ekor sapi.

Kendati demikian, sapi yang ditersedia untuk diternakan akan dilakukan secara bertahap yakni 100 ekor setiap bulannya. Dengan demikian, manajemen peternakan sapi menjadi lebih teratur dan terawasi.

"Paketnya bervariasi tapi tidak lebih dari Rp22 juta. Sapinya sendiri kita impor dari Australia untuk digemukan di peternakan kita," ucapnya.

Disinggung terkait kendala atau resiko bisnis lanjutnya, karena merupakan hewan hidup produktif, maka resiko bisnis yang terjadi adalah fluktuatif harga yang ada di pasaran. Seperti contohnya pada musim hujan seperti sekarang ini, biaya pakan dan transportasi pengiriman sapi yang mengalami kenaikan.

"Tapi untuk harga pokok yang diawal diinvestasikan itu aman, tapi fluktuatif di harga penggemukannya, mengikuti dari harga kondisi pasar," katanya (k34)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dea Andriyawan
Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper