Bisnis.com,BANDUNG - Kabupaten Subang menjadi daerah paling menarik bagi investor yang hendak masuk ke Metropolitan Rebana. Kehidupan malamnya pun ternyata sudah siap.
Kota Subang, waktu malam sebetulnya tidak menarik. Selepas Isya, terlebih tengah ada pandemi Covid-19 warga memilih bertahan di rumah ketimbang meramaikan sentra kuliner atau hiburan. “Subang itu, kalau mau nyari tempat ngopi yang buka sampe tengah malam susah, ada beberapa tapi untung-untungan,” kata Galih, salah seorang warga kepada tim Jelajah Segitiga Rebana III Bisnis Indonesia.
Menurutnya Subang memang sejak lama sepi. Berbeda dengan kawasan Ciater yang menjadi destinasi wisata dari pendatang luar kota. Galih mengaku meski Bupati Subang Ruhimat sudah gembar gembor tentang investasi, industrialisasi, dan Rebana warga tidak begitu antusias menyambutnya. “Indikasinya sih harusnya kuliner itu hidup, ini belum begitu ramai,” katanya.
Berbeda dengan kuliner, Galih menuturkan dunia malam Kota Subang justru lebih antisipatif terkait rencana perkembangan Subang menjadi sentra ekonomi baru. Menurutnya para penjaja seks hampir setiap malam melek menunggu konsumen. “Bisa dicek, lewat aplikasi kencan, atau datang ke sejumlah hotel melati, pasti ada,” ujarnya.
Pantauan Bisnis, omongan Galih benar adanya. Di aplikasi MiChat misalnya dengan mudah kita mendapatkan penjaja seks yang standby hingga larut malam. Bayarannya pun terbilang tinggi. “Kan Subang sudah maju, mungkin sebentar lagi kayak Karawang, jadi harga ikut menyesuaikan,” kata Agnes--bukan nama sebenarnya.
Agnes mengaku sudah hampir setahun terakhir menawarkan diri di Kota Subang bersama sejumlah rekannya. Menurutnya ketika informasi pembangunan gencar, dirinya bersama sejumlah rekan memilih untuk berdiam diri di Subang ketimbang pergi ke Bandung atau Jakarta. “Mending di sini saja, bayarannya sama,” ujarnya.
Agnes menjajakan layanan syahwat lewat dua cara: offline dan online. Dia mendaftarkan akun di aplikasi kencan, namun untuk melayani hidung belang yang datang dirinya juga bersiap diri. “Biasanya nunggu di dekat hotel, atau karaoke, kalau hari kerja biasanya ramai, mungkin karena banyak orang proyek sekarang ya di Subang,” katanya.
Dirinya berharap, jika Subang maju, maka garis hidupnya pun ikut berubah. “Siapa tahu ketemu pengusaha, atau abang-abang yang gajinya gede, berhenti saya,” pungkasnya.
Program Jelajah Segitiga Rebana III digelar lewat dukungan para sponsor mulai dari PLN UID, Surya Semesta Internusa (SSIA), Humas Jabar, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jabar, Bappeda Jabar, PT MUJ ONWJ, Cardinal, Chitose, Astra Infra Tol Road Cikopo-Palimanan, PT BIJB, ASDP, Dinas Pariwisata dan Kebudayan Jabar, Bank BJB, PT Pegadaian, XL Axiata, Robot Biru, PT Mitsubishi Motor Krama Yudha Sales Indonesia.