Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menengok Tradisi Nyiram Gong Sekati di Keraton Kanoman Cirebon

Menjelang Maulid Nabi Muhammad SAW gamelan sekaten dikeluarkan dan dibersihkan di Keraton Kanoman, Kota Cirebon, Minggu (25/10/2020). Ritual tersebut dikenal dengan nama nyiram gong sekati.
Ritual nyiram gong sekati di Keraton Kanoman, Kota Cirebon/Bisnis-Hakim Baihaqi
Ritual nyiram gong sekati di Keraton Kanoman, Kota Cirebon/Bisnis-Hakim Baihaqi

Bisnis.com, CIREBON - Menjelang Maulid Nabi Muhammad SAW gamelan sekaten dikeluarkan dan dibersihkan di Keraton Kanoman, Kota Cirebon, Minggu (25/10/2020). Ritual tersebut dikenal dengan nama nyiram gong sekati.

Tradisi yang dilakukan secara turun temurun dari Kesultanan Kanoman Cirebon itu, biasa dilakukan setiap 7 Maulud atau Rabiul Awal. Ritual tersebut dipimpinan langsung oleh, Patih Keraton Pangeran Patih Raja Muhammad Qodiran.

Dalam ritual nyiram gong sekati, gamelan yang disimpan di Bangsal Ukiran Keraton Kanoman, dibawa oleh sejumlah orang berpakaian hitam ke Langgar untuk dilakukan pencucian menggunakan air sumur.

Ritual tersebut dilakukan oleh pinangeran, nayaga, dan abdi dalem. Gamelan itu pun diketahui merupakan peninggalan salah satu tokoh penyebaran agama islam di Pulau Jawa, yakni Sunan Gunung Jati atau Syekh Syarif Hidayatullah.

Qodiran mengatakan, umur seperangkat gamelan tersebut sudah lebih dari 500 tahun atau sudah ada sejak zaman Pangeran Cakrabuana atau Pangeran Walangsungsang yang merupakan anak dari Prabu Siliwangi.

Perawatan gamelan itu dicuci menggunakan air yang dicampur batu bata merah. Dipercaya, kalah dicuci menggunakan batu bata merah, tidak akan merubah bentuk atau pun suara.

"Jadi, siraman gamelan itu menandakan mensucikan. Air yang digunakan pun mengguanakan kembang, sehingga wangi. Pencucian menggunakan bata merah pun khusus untuk gamelan peninggalan ini," katanya.

Meskipun begitu, beberapa gamelan seperti gong mengalami kerusakan di bagian sisinya. Qodiran mengatakan, hal tersebut terjadi karena alat musik itu sudah berusia ratusan tahun dan belum pernah diperbaiki.

Qodiran pun berharap, tradisi tersebut dapat terus dilaksanakan setiap tahunnya, meskipun tahun ini berbarengan pandemi covid-19. Dengan menerapkan protokol kesehatan, tradisi dari para pendahulu Kesultanan Kanoman Cirebon tetap terjaga.

"Walau rusak, harus tetap dipertahankan karena itu adalah kearifan lokal yang menunjukkan kepada kerabat famili atau warga sekitar kalau gamelan ini masih ada," katanya.

Juru Bicara Keraton Kanoman, Ratu Raja Arimbi, mengatakan, setelah dicuci gong tersebut nantinya akan dimainkan para nayaga selepas salat asar untuk dinikmati warga sekitar sambil melantunkan kalimat syahadat.

Namun pihaknya mengimbau, masyarakat yang akan datang ke lokasi keraton untuk mematuhi protokol kesehatan dengan cara menjaga jarak, membawa handsanitizer, dan mengenakan masker.

"Seluruh masyarakat bisa hadir, tapi harus menjaga situasi dan kondisi," kata Arimbi. (K45)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hakim Baihaqi
Editor : Ajijah

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper