Bisnis.com, BANDUNG - Menteri Riset, Teknologi dan Kepala Badan Riset Inovasi Nasional, Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro percaya diri Indonesia bisa mengatasi Pandemi Covid-19 dengan berbagai inovasi yang saat ini terus diteliti oleh anak negeri.
Alasan Bambang memiliki keyakinan tersebut lantaran komunikasi triple helix antara pemerintah, pengusaha dan peneliti mulai terbangun dengan adanya Pandemi Covid-19 ini.
"Jadi yang menjadi gap adalah peneliti dan indsutrinya yang belum nyambung, tapi dengan adanya Pandemi ini menjadi nyambung karena informasi dari sisi industrinya menjadi jelas, kita butuh ventilator, kita butuh test kita, jadi clear apa yang dibutuhkan, ternyata ketika kita bisa membuat dengan cukup singkat artinya apa, kemampuannya ada, kesiapan SDM-nya ada, alatnya juga menunjang, akhirnya kita bisa memenuhi atau mensubsitusi impor tadi," kata Bambang saat berkunjung ke LIPI, Kota Bandung, Rabu (29/7/2020).
Dalam lawatannya ke Kota Bandung, Bambang meninjau langsung progres perkembangan berbagai inovasi untuk mengatasi Pandemi Covid-19. Seperti yang ia tinjau di ITB, ia meninjau perkembangan penelitian tes Covid-19 non-PCR test, yakni Rapid Diagnostic Test (RDT) microchip.
Dengan alat ini, nantinya akan mampu mendeteksi secara dini kasus suspek, kasus konfirmasi dan kontak erat dengan mendeteksi virus sejak hari ke dua infeksi dan memeriksa sekaligus delapan sampel lendir dengan metode swab.
Setelah itu, Bambang juga meninjau perkembangan hilirisasi produk riset dan inovasi di LIPI. Adalah produk yang diberi nama Autonomous Ultraviolet C (UVC) Mobile Robot.
Robot yang dikerjakan LIPI bersama Universitas Telkom ini nantnya akan mampu melakukan desinfeksi dan sterilisasi pada ruang isolasi pasien Covid-19 tanpa campur tangan manusia secara langsung.
Melalui dua produk ini, Bambang meyakini sebenarnya produk inovasi dalam negeri mampu bersaing dengan produk-produk luar negeri. Hanya saja ia menyadari, harus ada keberpihakan dari pemerintah untuk produk-produk hasil anak negeri ini bisa berkembang hingga akhirnya bisa bersaing secara bisnis dengan produk dalam negeri.
"Tugas kami di pemerintah ada dua, satu sebagai regulator, ini penting juga, kalau pemerintahnya tidak memberi pemihakan bahwa harus mengutamakan misalnya produk inovasi dalam negeri, maka yang namanya pedagang atau importir tetap akan melakukan kegiatan seperti biasanya, sehingga tidak akan ada insentif untuk peneliti melakukan pengembangan, Jadi tugas kami bagaimana agar peneliti dan industri saling komunikasi. Jadi tugas kami ke dua adalah memasilitasi peneliti dan dunia usaha, harapan kita dunia usaha juga lebih mengerti orang Indonesia itu bisanya apasih," jelasnya. (k34)