Bisnis.com, BANDUNG – Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sumedang menemukan keberadaan telur infertil di dalam paket sembako.
Telur infertil adalah salah satu telur yang tidak laik untuk dikonsumsi dan cepat busuk. Telur jenis ini berasal dari ayam perusahaan pembibitan.
Telur ini merujuk pada telur yang tidak digunakan atau produk yang tidak terpakai dari perusahaan pembibitan untuk menghasilkan anakan ayam atau day old chick ( DOC), ayam broiler, atau ayam pedaging.
Kepala Bidang Peternakan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sumedang Erwin mengatakan pihaknya menemukan keberadaan telur infertil di salah satu paket bantuan sembako dari provinsi di Desa Cikoneng Kulon Kecamatan Ganeas.
Pihaknya pun lekas menarik kembali sekitar 4 ton telur dalam bantuan paket sembako provinsi tersebut. Rencananya untuk Desa Cikoneng Kulon akan dipasok sekitar 14 ton telur.
"Karena ini kasusnya pidana maka penanganannya langsung oleh pihak kepolisian," kata Erwin, dikutip dari situs resmi Pemkab Sumedang, Rabu (17/6/2020).
Baca Juga
Erwin mengungkapkan, berdasarkan informasi yang dimiliki, telur infertil ini dipasok dari Provinsi Lampung untuk dibagikan ke masyarakat dalam bentuk paket bantuan sosial penanggulangan Covid 19.
Telur infertil, yang merupakan telur gagal menetas, tidak untuk dikonsumsi dan diperjualbelikan. Selain itu telur ini akan cepat busuk dalam jangka waktu 14 hari.
Telur infertil memiliki warna lebih pucat dibandingkan telur biasa. Harga yang ditawarkan pun umumnya lebih murah, selain itu bila disimpan telur infertil akan cepat busuk.
Selain cepat busuk, alasan lain telur ini tidak laik dikonsumsi karena telur sengaja tidak ditetaskan. Telur infertil biasa disebut juga telur HE (hatched egg) seharusnya tidak dijual sebagai telur konsumsi.
Tidak hanya itu, telur tersebut juga rentan menjadi tempat tumbuh jamur dan bakteri sehingga menyebabkan telur cepat membusuk. Adapun telur ayam ras yang biasa dikonsumsi masyarakat serta dihasilkan peternak layer bisa bertahan selama 30 hari di suhu ruangan.