Bisnis.com, BANDUNG - Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat Moh Arifin Soendjayana mengatakan ekspor provinsi tersebut terpengaruh cukup dalam gara-gara penyebaran virus Corona dan masih berlangsungnya perang dagang Amerika-China.
Dia mencatat industri manufaktur di Jabar, barang modalnya sekitar 30 persen berasal dari China terutama untuk barang-barang elektronika, yang komponennya berasal dari sana dan dirakit di Jabar.
“Akibat corona ini, aktivitas ekonomi terganggu. Terutama aktivitas menufaktur di Jabar terganggu. Karena, Produksinya sedikit jadi ekspornya juga menurun," ujarnya, Selasa (25/2/2020).
Arifin mengatakan kondisi ini membuat angka ekspor Jabar ke nasional sumbangannya melambat. Penurunan itu terjadi, karena terdampak akibat industri manufaktur yang terganggu produksinya karena suplai bahan baku terganggu.
"Ekspor menurun itu sudah mulai terasa, di akhir tahu. Bulan pertama 2020 juga sudah kelihatan menurun lagi. Tapi kan tak hanya Jabar, untuk industri manufaktur itu kan," katanya.
Kedua, industri farmasi pun barang modalnya atau raw material dari China begitu juga sektor otomotif. “Adanya kondisi Corona itu bukan ga boleh memasukkan. Tapi kan kondisi di China nya yang gak memungkinkan mengirim barang dan lain-lain," ujarnya.
Arifin seraya mengatakan, Indonesia sendiri bukan berarti tak boleh memasukan barang-barang impor tapi orang-orang berpikir dahulu.
Produk impor yang terganggu di Jabar, kata dia, termasuk impor bawang putih. Karena, hampir 95 persen kebutuhan nasional disuplai dari China.
Pemerintah pusat, menurutnya sudah mencari alternatif barang modal dan barang jadi dari negara lain. Namun, produk dari China masih dianggap lebih komptetitif. "Produk negara lain, harganya bersaing dengan barang modal dari China tapi harga China memang kompetitif," katanya.