Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Pengurus Harian Tanfidziyah PB NU, Robikin Emhas, mengajak masyarakat tidak berlebihan merespons hasil hitung cepat Pemilu 2019, melainkan lebih mengedepankan budaya saling menghargai dan menghormati.
"Saya percaya bangsa kita sudah maju dalam berdemokrasi. Sehingga tidak akan ada yang mempertaruhkan rasa kesatuan dan persatuan bangsa hanya karena merespons hasil Pemilu yang diluncurkan lembaga survei secara emosional dan tak berbudaya," katanya, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu.
Hasil akhir Pemilu baru akan diketahui secara final usai rekapitulasi perolehan suara pasangan calon presiden-wakil presiden di tingkat nasional oleh KPU pada Mei 2019. Rekapitulasi dilakukan secara berjenjang, mulai dari desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi hingga tingkat nasional.
"Kita memakluminya karena KPU melakukan penghitungan dan rekapitulasi perolehan suara secara manual. Bukan elektronik yang rentan risiko diretas.
Meskipun demikian, hari ini juga akan kita jumpai berbagai lembaga survei merilis hasil exit poll dan quick count," katanya.
Ia menekankan, yang perlu dicatat adalah bahwa exil poll dan quick count bukan real count alias perhitungan sebenarnya. Secara akademis, hasil exit poll dan quick count merupakan cerminan hasil pemilu.
Namun bukan merupakan hasil akhir pemilu yang secara legal dapat dijadikan dasar penetapan perolehan suara calon presiden-wakil presiden. Hasil akhir perolehan suara pilpres adalah yang kelak ditetapkan dan diumumkan KPU Mei mendatang.
"Untuk itu saya berharap masyarakat tidak merespon hasil pilpres yang dirilis oleh berbagai lembaga survei secara berlebihan. Kita sambut peluncuran hasil exit poll, quick count, bahkan real count oleh berbagai lembaga survey secara lumrah layaknya masyarakat terdidik meresponnya. Saya percaya bangsa kita sudah maju dalam berdemokrasi. Masyarakat kita sudah cerdas. Pemilu akan berlangsung damai. Saya yakin itu," kata dia.
Hasil hitung cepat pemilihan umum yang dilakukan berbagai lembaga survei seperti Charta Politika, Indo Barometer, Indikator, dan LSI Deni JA, menunjukkan pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo dan KH Ma'ruf Amin unggul sementara atas pasangan nomor urut 02, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno.