Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, BANDUNG - Hacker (peretas) kerap diidentikan dengan konotasi negatif. Padahal, kebutuhan peretas di Indonesia saat ini minimalnya mencapai 10.000 orang. Kebutuhan peretas ini tentu saja bukan untuk melakukan kejahatan sistem, melainkan sebaliknya.

Demikian diungkapkan Ketua Indonesia Cyber Security Forum Ardi Sutedja usai penyelenggaraan Indonesian Cyber Security Seminar and Competition (ICS2C) 2018 di Telkom University, Sabtu (3/3).

Menurut Ardi, kebutuhan 10.000 peretas tersebut memang bukan sebuah angka main-main mengingat kebutuhan dalam hal penjagaan sistem tidak hanya di kota-kota besar. Di sisi lain, dia tidak menyebut berupa jumlah pasti peretas berlabel white hat hacker yang ada saat ini. Namun, jumlahnya sangat minim.

"Peretas ini juga kan dibutuhkan di setiap pemerintahan daerah, kelurahan, atau pemerintah kotamadya. Mereka juga kan bangun sistem. Belum lagi UKM daerah-daerah yang akan membangun sistimnya. Maka kita butuh minimal 10.000," katanya.

Ardi menuturkan, dari segi kuantitas peretas di Indonesia pada umumnya memiliki jumlah yang sangat banyak baik di tingkat profesional maupun ototidak. Namun, kecenderungan dari mereka tidak mau berjejaring dan bekerja secara sendiri-sendiri.

"Khusus ototidak itu kan jelas mereka hidup di dunianya sendiri. Kita juga tidak bisa memaksakan mereka. Maka, salah satunya adalah kita membangun dan mengajak mereka yang mau belajar, membiayai mereka, untuk mengasah kemampuan mereka untuk tujuan positif," ujarnya.

Ardi menyinggung peran perguruan tinggi khususnya Telkom University yang sudah melakukan hal itu dalam gelaran kompetisi Indonesian Cyber Security Seminar and Competition (ICS2C) 2018. Setidaknya setiap tim yang terdiri tiga orang dapat mengasah dan mengukur kemampuan mereka soal menjebol ketahanan siber.

"Maka bantuan dari perguruan tinggi atau SMK ini setidaknya bisa mendorong untuk mendapatkan para hacker yang positif. Mereka juga mendapatkan sertifikasi yang sesuai dengan kemampuannya. Kesempatan kerja untuk mereka sangat luas, ini yang akan kita dorong," ungkapnya.

Rektor Telkom University Mochamad Ashari mengatakan jika kompetisi yang digelar Telkom University tersebut memang bertujuan untuk mencari bakat-bakal potensial peretas di Indonesia. Pihaknya ingin melihat sampai sejauh mana kemampuan 138 peserta yang terbagi dalam tim dalam menembus ketahanan siber.

"Ini simulasi, kan pemerintah punya perbankan dan aset negara yang critical cyber, kira-kira seperti itu. Jadi kita ingin melihat sejauh mana mereka dalam menjebol sistem yang terbagi dalam beberapa level," ucapnya.

Para peserta tersebut, kata Ashari, memiliki potensi yang cukup baik dalam hal menjebol sistem yang sudah dibangun. ke depannya, pihaknya perlu mewadahi mereka dengan memberikan beasiswa terhadap peretas yang potensial. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ilham Budhiman
Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper