Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia berkomitmen untuk menjaga inflasi di angka yang rendah guna meningkatkan pendapatan per kapita warganya. Pendapatan per kapita orang Indonesia, masih jauh tertinggal dari negara-negara tetangga seperti Malaysia, Thailand dan Filipina.
"Sekarang ini Indonesia sudah memasuki era inflasi yang rendah. Berbeda dengan satu atau dua dekade terakhir. Ini pencapaian yang luar biasa. Karna dalam tiga tahun terakhir inflasi kita rata-rata hanya 3%," kata Direktur Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Yoga Affandi, dalam pelatihan wartawan daerah di Jakarta pada Senin (20/11).
Yoga mengatakan, berdasarkan catatan Bank Dunia, pendapatan per kapita orang Indonesia per tahun mencapai 3.600 USD per kapita. Hal ini tertinggal jauh bila dibandingkan dengan Malaysia yang mencapai 9.360 USD per kapita, Thailand 5.894 USD per kapita. "Atau bahkan China yang mencapai 8.913 USD," katanya.
Menurut dia, pengendalian inflasi juga dirasa sangat penting guna mengurangi angka garis kemiskinan dan angka pengangguran di Indonesia. "Maka pendapatan per kapitanya harus tinggi. Salah satunya adalah terus menjaga inflasi dengan angka yang rendah," ujarnya.
"Dan inflasi yang rendah itu harus terjadi secara terua menerus. Ini harus bersinergi dalam komitmen antar stake holder baik pemerintah pusat, daerah dengan berbagai perangkatnya dan juga bank sentral," ucapnya.
Yoga menambahkan, pengendalian inflasi juga penting untuk meningkatkan daya beli masyarakat, juga mendorong dari sisi permintaan ekspor barang agar bisa naik dan lebih kompetitif. "Karena biaya produksinya bisa lebih murah sehingga bisa menjual lebih banyak dan tinggi. Ini akan meningkatkan income," ujarnya.
Komitmen bank sentral untuk menjaga inflasi rendah juga akan menumbuhkan investasi yang lebih tinggi di Indonesia. Sehingga, kata dia, para investor yang datang ke indonesia tidak akan ragu menanamkan modalnya.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir menambahkan, pengendalian inflasi yang rendah dan stabil juga akan berdampak pada APBN khususnya bagi Surat Berharga Negara (SBN). Menurut dia, inflasi yang tinggi akan meningkatkan suku bunga yang dibayarkan dan menambah beban bagi APBN.
“Hasil penghitungan empiris menunjukkan, setiap kenaikan 1 persen suku bunga SBN, akan mengakibatkan tambahan baru pembayaran bunga sebesar Rp300 miliar," ucapnya.