Bisnis.com, BANDUNG - PT Rajamandala Electric Power (REP) selaku investor proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Rajamandala memastikan pengerjaan proyek pembangkit berkapasitas 47 MegaWatt (MW) itu masih sesuai rencana dan ditargetkan tuntas Mei 2019. Saat ini progres pembangkit baru 40%.
Yudianto Permono Direktur Operasional PT REP mengungkapkan, proyek ini mulai dikerjakan sejak 2014 setelah pada Agustus 2013 telah dilakukan Power Purcahese Agreement (PPA). Proyek termasuk padat karya karena bisa menyerap tenaga kerja hingga 1.200 orang.
"Tenaga kerja asingnya cuma 40 orang dari Jepang dengan kontraktor dari Korea Selatan. Sekarang baru mulai menaikan peralatan setelah penggalian untuk power house selesai dilaksanakan," katanya, kepada Bisnis, Kamis (25/5/2017).
Proyek yang diperkirakan menghabiskan anggaran hingga US$150 juta dikerjakan oleh perusahaan konsorsium antara PT Indonesia Power dan sebuah perusahaan Jepang yakni Kansai Electric Power Inc.
Kansai Electric Power Inc. adalah perusahaan pembangkit listrik kedua terbesar di Jepang dan telah berpengalaman dalam pembangunan dan pengoperasian PLTA. Sementara PT Indonesia Power adalah anak usaha PT PLN (Persero) yang juga berpengalaman dalam pengembangan dan pengoperasian pembangkit listrik.
PLTA Rajamandala dibangun di Sungai Citarum, Desa Cihea, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. PLT ini didesain sebagai “PLTA run off river”. Pola pengoperasiannya mengikuti pola operasi PLTA Saguling (4×175) MW, dimana akan memanfaatkan air keluaran dari PLTA Saguling guna menghasilkan energi listrik.
"Kita tahu Citarum yang tercemar airnya, sehingga mesinnya didesain supaya bisa tahan lama. Kalau pembangkit yang dibangun pada 1980-an airnya masih bening sehingga mesinnya biasa aja dan berpengaruh pada panjang usia mesin. Tapi, kalau yang ini sudah disesuaikan sehingga memang harganya lebih tinggi," ucapnya.
Hanya, memang dalam pengerjaannya terkendala geologi tanah daerah Cianjur yang labil atau bergerak. Sehingga butuh konstruksi yang didesain tahan gerakan. Dengan demikian, gerakan tanah yang terjadi sewaktu-waktu tidak berdampak pada kerusakan mesin.
"Bergesernya jembatan Cipularang telah menjadi pelajaran bagi kami. Kami tidak mau kejadian seperti itu menyebabkan mesinnya rusak," ucapnya.
Energi listrik yang dapat dihasilkan oleh PLTA Rajamandala rata-rata sebesar 181 GWh per tahun dan akan disalurkan ke Sistem Jawa Bali melalui jaringan transmisi 150 kV Cianjur-Cigereleng. Pembangunan proyek ini selain padat modal, juga padat karya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
5 hari yang lalu
OJK Gandeng FSS Korea Tingkatkan Pengawasan Sektor Keuangan
1 hari yang lalu