Bisnis.com, BANDUNG - Anggaran investasi PT Indonesia Power (IP) yang akan dikeluarkan pada tahun ini mengalami peningkatan lebih dari 100% menjadi Rp7 triliun dari tahun sebelumnya yang hanya Rp3 triliun. Peningkatan anggaran tersebut diharapkan bisa menjaga keandalan pasokan listrik seiring langkah pemerintah menyesuaikan tarif dasar listrik.
President Director PT Indonesia Power Sripeni Inten Cahyani mengungkapkan, peningkatan alokasi anggaran tersebut karena pada tahun ini memasuki siklus penyelesaian dan pemeliharaan sejumlah pembangkit.
"Ada PLTMh (Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro), PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) di Kalaimantan dan studi proyek-proyek baru," katanya, kepada Bisnis di sela-sela acara Forum Pengadaan 2017 di Bandung, Selasa (9/5/2017).
Dia menjelaskan, anggaran investasi yang dalokasikannya dipakai untuk membangun mesin baru atau proyek baru seperti pembangunan PLTMh. Selain itu, juga digunakan untuk studi kelayakan pengadaan hingga pelaksanaan pekerjaan.
Tak hanya itu, adanya pembangkit baru, perlu ditunjang dengan sarana dan prasarananya. Seperti pembangunan dormitory, perlengkapan IT dan lain sebagainya yang menunjang keberadaan pembangkit dan kawasannya.
"Mesin-mesin pembangkit kami itu usianya sudah lumayan ada yang sudah 25 tahun bahkan ada yang 94 tahun. Kalau masa manfaat lebih satu tahun masuknya investasi," ucapnya.
Dia menjelaskan, saat ini IP mengelola paling banyak Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sebanyak 53%. Disusul, Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) sebesar 30% dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) 10% dari kapasitas 8600 MW yang milik sendiri.
Untuk itu, pihaknya mengalokasikan belanja modal (capital expenditure), pada tahun ini sebesar Rp34 triliun. Anggaran sebesar itu akan digunakan untuk membeli bahan bakar guna mengoperasikan mesin pembangkit yang dioperasikannya.
"Anggaran operasional akan digunakan untuk membeli bahan bakar karena kami punya pembangkit listrik tenaga uap batu bara, gas dan steam panas bumi yang nilainya mencapai Rp28 triliun atau 70% dari total Capex untuk bahan bakar," ujarnya.
Sisa anggaran tersebut digunakan untuk pemeliharaan mesin. Kemudian ada biaya administrasi seperti peralatan kantor dan sewa tanah yang mencapai, hingga biaya kepegawaian.
"Lokasi kami itu ada yang sewa dengan Pelindo. Semuanya yang kecil-kecil itu seperti untuk pemeliharaan 15%, administrasi 5% dan sisanya kepegawaian," ucapnya.