Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekosistem Digital Kota Bandung Dukung Perkembangan Startup

Bergerak dari ekonomi tradisional menuju ekonomi digital menjadi pekerjaan yang tidak mudah. Sejarah mencatat Silicon Valley di Amerika Serikat membutuhkan bertahun-tahun lamanya hingga dikenal sebagai markas perusahaan teknologi seperti sekarang dengan ekosistem digital yang baik. Pertanyaannya, akankah ada Silicon Valley selanjutnya di Indonesia?
Coworking Space untuk para startup digital di LPIK ITB/Bisnis-Agne
Coworking Space untuk para startup digital di LPIK ITB/Bisnis-Agne

Bisnis.com, BANDUNG – Bergerak dari ekonomi tradisional menuju ekonomi digital menjadi pekerjaan yang tidak mudah. Sejarah mencatat Silicon Valley di Amerika Serikat membutuhkan bertahun-tahun lamanya hingga dikenal sebagai markas perusahaan teknologi seperti sekarang dengan ekosistem digital yang baik. Pertanyaannya, akankah ada Silicon Valley selanjutnya di Indonesia?

Akhir tahun lalu di Bandung, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara mengungkapkan salah satu indikator kesuksesan dari negara-negara yang telah lebih dulu berkecimpung dalam ekosistem ekonomi digital adalah startup (bisnis rintisan) teknologi.

Dia berkeyakinan, Bandung dengan kreativitasnya menjadi salah satu yang terdepan di Indonesia untuk dapat melahirkan startup digital yang nantinya diharapkan menjadi kekuatan ekonomi digital Indonesia dengan target nilai US$130 miliar di 2020 mendatang.

Di Bandung, geliat bisnis rintisan (startup) ini kian semarak, gelora  para pemuda pemudi yang mengenyam pendidikan di Tanah Pasundan pada bisnis rintisan ini semakin tinggi kian waktunya.  Ini terlihat dari tak pernah sepinya kegiatan yang berbau startup di Kota Kembang ini.

Dalam Gerakan Nasional 1000 Startup Digital di Bandung misalnya, ada 2.000 pendaftar di tahap awal yang haus akan ilmu untuk dapat sukses dalam usaha rintisan digital ini.  Kemudian, 100 pendaftar yang antusias mengikuti Technopreneurship Orientation Program (TOP) Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan Institut Teknologi Bandung  (LPIK ITB) setiap periodenya.

Dikenal sebagai kota kreatif, Bandung disebut berpotensi menjadi Silicon Valley di Indonesia. Modalnya, perguruan tinggi mumpuni dalam bidang teknologi dengan kehadiran Institut Teknologi Bandung (ITB), Telkom University dan sederet kampus lainnya.

Jika menengok ke sejarah Silicon Valley yang kini menjadi markas perusahaan teknologi, seperti HP, Micosoft, Google, Apple dan Facebook, juga didukung keberadaan perguruan tinggi Stanford University yang berperan penting dalam membangun ekosistem digital di sana. Tentunya juga diawali mimpi besar yang telah dimulai sejak tahun 1900-an yang diketahui berasal dengan kantor sebuah garasi rumah.

Ekosistem kampus di ITB misalnya, juga mendorong sekelompok mahasiswa memulai startup digital seperti Tinker Games dan Agate Studio yang dilahirkan dari rahim Bandung sebagai pengembang lokal mobile game yang bermula dari ketertarikan dan mimpi yang sama sejak para pendirinya masih menjadi mahasiswa di ITB.

Sejak awal kehadirannya di November 2011, Tinker Games kini telah menjelma menjadi bagian dari industri game di panggung nasional maupun internasional, beberapa hasil karyanya diantaranya INheritage: Boundary of Existence, Pale Blue, Backyard Madness, Pig Rider, dan Soccer Girl Adventure.

Co-Founder & CEO Tinker Games Muhammad Ajie Santika mengatakan startup menghadapi berbagai tantangan dalam mengembangkan usahanya. Namun di Bandung yang terkenal dengan kota kreatif telah memiliki modal berupa ekosistem yang menyenangkan bagi startup.

"Bandung tempat potensial untuk membangun komunitas startup. Bandung punya modal itu. Untuk membangun ekosistem startup juga perlu terkoneksi dengan yang lain dan berkolaborasi dan Pemerintah Bandung mendukung,” ujar Ajie dalam kegiatan Startup di Bandung beberapa waktu lalu.

Kisah lainnya datang dari UrbanIndo yang merupakan online property marketplace, pendirinya Arip Tirta yang merupakan lulusan Stanford University ini mengatakan dengan pengalaman di Silicon Valley banyak membuka wawasannya cara membangun sebuah startup berbasis teknologi.

Menurutnya sangat memungkinkan jika Bandung menjadi seperti Silicon Valley.  Arip melihat Bandung mempunyai banyak kemiripan dengan Silicon Valley, di antaranya memiliki banyak universitas di bidang teknologi yang unggul dan banyak early adopters di Bandung.

“Mungkin orang Bandung yang sangat santai, jadi mereka lebih terbuka untuk mencoba hal yang baru. Orang-orang di Bandung tidak menganggap kegagalan adalah sesuatu yang buruk, sehingga kami bisa lebih nyaman untuk mengambil risiko dan berinovasi dengan bebas,” ujar Arip yang pernah menjadi Direktur Investasi dan Strategi di Hercules Technology Growth Capital di California ini kepada Bisnis awal Februari 2017 lalu.

Arip mengaku sangat optimis dengan kekuatan ekonomi digital Indonesia ke depannya, jika dilihat dari jumlah penduduk yang menggunakan internet dan juga daya beli orang Indonesia, Indonesia mempunyai pasar yang sangat besar dan menggiurkan.

“Pertanyaannya sekarang ini bukan apakah kita akan pindah dari offline ke online, tapi kapan kita akan melakukan itu. Tinggal tunggu waktunya saja,” kata Arip.

Melihat potensi Bandung dalam dunia fashion dan ekosistem digitalnya, menjadi salah satu alasan pendiri muslim wholesale marketplace Azzamtrade.co Dayang Melati yang lulusan dari Malaysia ini untuk memulai bisnis rintisannya yang berbasis di Kota Bandung.

Melalui bisnis rintisannya ini, Dayang memeroleh kesempatan sebagai juara Wild Card untuk Startup World Cup yang membuka peluangnya untuk memeroleh pendanaan segar dari perusahaan di Silicon Valley.  Namun, perjalanannya tidak selalu lancar, sebagai startup yang terbilang baru berbagai tantangan juga dihadapi Dayang, misalnya dari sisi sumber daya manusia.

“Tantangan pasti ada tetapi Bandung memiliki ekosistem yang cukup baik untuk startup pemula dengan banyak kesempatan. Penting sebagai startup juga harus memiliki pengetahuan dasar, memiliki visi yang jelas, tidak hanya melihat glamour-nya saja. Mengikuti inkubasi bisnis, seminar untuk pengetahuan penting dan tentu akhirnya harus melakukan eksekusi,” ujarnya. (k5)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Ajijah

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper