Bisnis.com, JAKARTA--Sepanjang tahun 2016 kinerja industri pasar modal mengalami pertumbuhan meski dibayangi oleh perdebatan apakah Indonesia akan memasuki tahapan krisis ekonomi dunia yang dalam beberapa tahun terakhir dirundung perlambatan.
Namun demikian, banyak pejabat Indonesia berpendapat bahwa ekonomi Indonesia saat ini masih sangat kuat dan jauh dari kondisi krisis. Apalagi kalau dibandingkan dengan tahun 1998 dan 2008 lalu, kondisi ekonomi Indonesia saat ini jauh lebih baik.
Kenyataannya, fundamental ekonomi Indonesia cukup positif salah satunya dapat dilihat dari posisi cadangan devisa Indonesia, inflasi yang terjaga di level rendah, serta neraca pembayaran Indonesia (NPI) yang surplus.
Berdasarkan data Bank Indonesia, posisi cadangan devisa Indonesia akhir November 2016 tercatat sebesar 111,5 miliar dolar AS, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) periode Januari-November 2016 mencapai 2,59 persen dan secara tahunan 3,58 persen (yoy), sementara surplus neraca pembayaran Indonesia (NPI) tercatat sebesar 5,5 miliar dolar AS pada triwulan III 2016.
Secara umum, serapan anggaran pemerintah yang meningkat juga turut menjaga fundamental ekonomi Indonesia pada tahun 2016 ini. Diperkirakan belanja Kementerian Lembaga pada akhir tahun 2016 bisa mencapai ke kisaran 97-98 persen dari target dalam APBN-Perubahan.
Dengan upaya optimalisasi serapan anggaran itu, kalangan analis memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2016 dapat ke kisaran 5-5,2 persen, lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya sebesar 4,79 persen.
Di sisi lain, kebijakan pemerintah terkait amnesti pajak juga dipercaya meningkatkan likuiditas di pasar modal, sejauh ini reaksi pasar modal terhadap penerapan kebijakan itu cukup positif bagi pasar modal.
"Jadi, jangan takut masuk pasar modal selama fundamental ekonomi kita bagus, dan didukung sejumlah kebijakan dari pemerintah. Situasi itu akan mendorong IHSG BEI bergerak naik," ujar Direktur Utama BEI Tito Sulistio.
Ia mengemukakan bahwa indeks harga saham gabungan di Bursa Efek Indonesia (IHSG BEI) merupakan salah satu pedoman yang menjadi acuan bagi investor dalam menginvestasikan dananya di pasar saham dalam negeri.
BEI mencatat, sepanjang tahun ini IHSG telah mengalami pertumbuhan sekitar 13,90 persen per 16 Desember 2016, atau berada di peringkat kedua dunia setelah bursa saham Thailand.
Indikator yang menunjukan ekonomi Indonesia positif juga terlihat dari fluktuasi kurs rupiah yang relatif stabil di level Rp13.000-Rp13.900 per dolar Amerika Serikat (AS), itu pun turut memberikan andil bagi kinerja IHSG.
"Indikator-indikator ekonomi kita masih kuat, mata uang kita (rupiah) juga stabil. Artinya, fundamental ekonomi kita bagus," tegas Tito Sulistio.
Amnesti Pajak Pergerakan IHSG di BEI sejak berlakunya program amnesti pajak cenderung mengalami penguatan. Sejak pemerintah melaksanakan program amnesti pajak pada pertengahan 2016 lalu, IHSG masuk dalam tren positif.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak mulai berlaku sejak 1 Juli 2016. Dalam undang-undang itu disebutkan bahwa wajib pajak (WP) dapat menyampaikan surat pernyataan dalam jangka waktu terhitung sejak UU itu mulai berlaku sampai dengan tanggal 31 Maret 2017, yang terbagi dalam tiga periode.
Berdasarkan data BEI, posisi IHSG pada tanggal 1 Juli 2016 berada di level 4.971,58 poin. Sementara itu, pada 16 Desember 2016, IHSG BEI berada di level 5.231,65 poin. Dengan demikian, IHSG BEI telah mengalami penaikan sekitar 5,23 persen.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nurhaida menambahkan bahwa program amnesti pajak yang sedang berjalan ini akan menjadi salah satu faktot pendorong bagi likuiditas di pasar modal meningkat.
"Nanti, akan ada dana dari program amnesti pajak yang masuk, dalam perkiraan saya dana itu mulai marak ke pasar modal di awal tahun 2017. Sentimen dari dalam negeri itu akan menambah pengaruh positif pada 'market' kita," ujarnya.
Berdasarkan data BEI, rata-rata volume transaksi harian di pasar saham Indonesia meningkat menjadi 7,540 miliar lembar saham senilai Rp7,489 triliun dengan frekuensi perdagangan sebanyak 264.833 kali transaksi sejak awal tahun hingga 16 Desember 2016.
"Sebelumnya, rata-rata transaksi harian sekitar Rp5,5 triliun per hari, sekarang sudah naik. Apakah itu efek dari amnesti pajak? Bisa saja karena dana dari program itu sudah masuk cukup banyak," tutur Tito Sulistio, menjelaskan.
Faktor AS Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan bahwa kinerja industri pasar modal tidak lepas dari pengaruh global. Tak bisa dipungkiri, berkembangnya rencana kenaikan suku bunga oleh Bank Sentral AS serta terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden AS memicu arus permodalan asing di pasar saham domestik keluar, dan hal tersebut juga terjadi di hampir seluruh negara lainnya.
"Namun, optimisme investor asing terhadap pasar modal Indonesia masih positif. Dana asing terlihat masih mengendap di pasar saham domestik sekira Rp14,648 triliun di sepanjang tahun ini," ucapnya.
Menurut dia, dana asing di pasar saham domestik yang masih membukukan "net buy" karena pasar modal Indonesia merupakan satu dari sedikit pasar modal dunia yang saat ini terus memperlihatkan tren pertumbuhan positif.
Menanggapi Amerika Serikat, Tito Sulistio menilai bahwa kenaikan naiknya suku bunga acuan di Amerika Serikat (Fed Fund Rate) itu tidak akan terlalu mempengaruhi fluktuasi IHSG.
"Soal Fed Fund Rate, saya percaya pasar modal kita sudah 'restore in' dan tidak terganggu sentimen itu," jelasnya.
Ia juga mengatakan bahwa kebijakan yang akan ditempuh oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada 2017, seperti penurunan pajak, mengurangi imigrasi juga diproyeksikan dapat mendorong ekonomi Amerika Serikat yang secara tidak langsung dampat memberi imbas positif bagi Indonesia.
"Saya juga tidak melihat jeleknya kebijakan negara itu, kalau AS bagus kita juga akan terkena dampak bagusnya. Saat ini, yang menjadi ketakutan hanya kurs dolar AS naik dan rupiah turun, itu dapat diantisipasi," ujarnya.
Tampak bahwa fundamental ekonomi nasional yang memadai turut mendorong tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pasar modal pada tahun ini juga cukup baik.
Menurut Direktur Pengembangan BEI Nicky Hogan minat masyarakat berinvestasi di pasar ekuitas atau saham terus meningkat.
Berdasarkan data PT kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jumlah sub rekening efek di sistem C-BEST per November 2016 mencapai 665.528 nasabah. Jumlah itu meningkat sekitar 31,36 persen jika dibandingkan akhir 2015 lalu yang sebanyak 548.384 nasabah.
"BEI akan terus berupaya menambah jumlah investor. Bursa menargetkan bakal ada sebanyak 100 ribu investor baru pada tahun depan," imbuhnya.
Seiring dengan itu, Analis PT Danareksa Lucky Bayu Purnomo mengatakan pasar saham pun punya optimisme dan target bahwa level IHSG BEI yang pantas pada akhir 2016 pada posisi 5.300 poin.
Menurut dia, optimistis itu cukup beralasan karena kinerja emiten pada 2016 umumnya mengalami pertumbuhan positif.
"Tumbuhnya laba perusahaan akan meningkatkan harga saham, dengan demikian investasi pada saham akan memberikan imbal hasil yang memuaskan. Dengan begitu, kepercayaan masyarakat untuk berinvestasi di pasar modal akan terus meningkat," tegasnya.
Terlepas dari risiko yang harus diantisipasi, menurut Lucky Bayu Purnomo, pada prinsipnya berinvestasi di pasar modal bertujuan untuk mencapai hasil yang optimal. Untuk mencapai target itu, salah satu hal penting yang dibutuhkan adalah informasi seputar perekonomian.
Setidaknya, industri pasar modal masih mempunyai keyakinan bahwa perekonomian nasional masih kondusif meski dibayangi perlambatan perekonomian global yang akhirnya akan diikuti oleh pertumbuhan laba perusahaan tercatat atau emiten di BEI.
Fundamental Ekonomi Topang Kinerja Bursa
Sepanjang tahun 2016 kinerja industri pasar modal mengalami pertumbuhan meski dibayangi oleh perdebatan apakah Indonesia akan memasuki tahapan krisis ekonomi dunia yang dalam beberapa tahun terakhir dirundung perlambatan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
4 hari yang lalu
OJK Gandeng FSS Korea Tingkatkan Pengawasan Sektor Keuangan
1 hari yang lalu