Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ungkap Mitos Diri Lewat Surrealisme

Karakter diri terbentuk tak hanya dari pengaruh keluarga, pendidikan, atau interaksi dengan masyarakat sekitar, tapi juga dapat melalui benda-benda di lingkungan sekitar bahkan imajinasi bentuk tak utuh yang tercipta dari alam bawah sadar.
Meliantha Muliawan menerangkan karyanya saat artist talk Beta Talk no. 9, di Ruang Gerilya, Jalan Raden Patah, beberapa waktu lalu/ Foto: Istimewa
Meliantha Muliawan menerangkan karyanya saat artist talk Beta Talk no. 9, di Ruang Gerilya, Jalan Raden Patah, beberapa waktu lalu/ Foto: Istimewa

BANDUNG – Karakter diri terbentuk tak hanya dari pengaruh keluarga, pendidikan, atau interaksi dengan masyarakat sekitar, tapi juga dapat melalui benda-benda di lingkungan sekitar bahkan imajinasi bentuk tak utuh yang tercipta dari alam bawah sadar.

Adalah Meliantha Muliawan, seniman lulusan FSRD ITB tahun 2014 yang mengaku menemukan mitos dirinya dari sebuah mimpi yang secara intens muncul sejak ia kecil. Objek-objek yang spontan keluar di dalam kepalanya dalam satu frame ditemani suasana yang mendalam membawanya pada kecintaan terhadap surrealisme.

Melalui seni surrealisme yang ditampilkan di Pameran Tunggal yang bertajuk Beta Test No. 9 Meliantha Muliawan, dirinya meluapkan segala pengalaman dan kenangan sejak kecilnya yang terasa berbeda dan biasanya tak berbentuk objek utuh. Dengan membayangkan momen sureal yang dialaminya, ia berusaha untuk mengungkapkannya kembali dengan cara menggambar objek tersebut apa adanya tanpa mengubah wujud aslinya.

“Cara ini saya lakukan untuk menggali potensi ‘kejanggalan’ dalam visual yang nampak lazim juga terciptanya suasana sureal tanpa membuat audience merasa tidak fokus dengan kompleksitas visual karya,” jelas Meliantha.

Adapun metode yang digunakannya ialah metode surrealisme timur, di mana baginya surrealisme barat hanya menciptakan visual semenarik mungkin tanpa melihat bagian hidup seseorang dan tidak peduli terhadap makna dibalik mitos yang ada.

“Surrealisme timur lebih memilih menjalankan sebuah adat yang terkadang tidak masuk akal karena memuat ‘mistisisme’ yang dapat mereka lakukan secara turun temurun,” ujarnya.

Melalui lima karyanya yang terpampang di dinding Ruang Gerilya, Jalan Raden Patah No. 12, Bandung, Meliantha tak hanya mengasah kemampuannya untuk menampilkan visual dari surreal, tetapi juga membagi suasana atau atmosfer dari karya-karyanya tersebut.

Untuk memberi kesan lebih nyata, dia menampilkan karya-karyanya dengan medium yang tak biasa untuk karya surreal. Tak memanfaatkan kanvas, Meliantha bereksperimen dengan resin bening yang menampakkan kesan layaknya air.

Bahan ini digunakan tak sekedar sebagai eksperimen, tetapi juga memperlihatkan pengalamannya ketika melihat pantulan bayangan dari air.

“Saya sering melihat bayangan di atas permukaan air, tapi karena lagi terguncang oleh gerimis atau lainnya, bayangan dari air tersebut memperlihatkan lengkungan distorsi dan ternyata apa yang terpantul dari air dengan benda aslinya itu berbeda, seperti mimpi dan surreal bagi saya. Pengalaman kecil ini yang ingin saya bagi melalui karya-karya ini,” ungkapnya.

Adapun karya pertamanya menunjukkan berbagai jenis sayap kupu-kupu yang terbuat dari berbagai bahan yang dibentuk di atas resin bening. Keanekaragaman kupu-kupu semakin kuat dengan perbedaan bahan yang digunakan ketika membuat masing-masing objek, mulai dari benang, car air, cat acrylic, tinta, hingga bahan fabric pun ada.

“Saya bebaskan agar tidak bosan dengan bahan yang sama, tujuannya juga eksplorasi, melihat bisa diterusin atau gimana,” ucapnya.

Meliantha menolak mendeskripsikan karya-karyanya, karena menurutnya jika sebuah karya dijelaskan secara mendetail, unsur spesial dan misterinya akan hilang dan imajinasi penonton akan terhambat.

“Pesan dibalik karya itu tidak penting, yang penting audiens bisa menikmati gambar di atas permukaan air ini, seperti halnya yang aku rasakan ketika kecil. Alangkah lebih baik, imajinasi penonton yang bermain, di mana ia akan membentuk cerita sendiri atau mengaitkannya dengan memori mereka masing-masing,” ujar Meliantha.

Melalui karyanya yang ada di pameran ini juga Meliantha ingin mengembangkan seni surrealisme timur di Indonesia yang dinilainya masih kurang berkembang. “Secara visual mungkin berkembang, tapi secara pemahaman belum. Ini dikarenakan di Indonesia masih menganut surrealisme barat, sehingga masih mementingkan visual saja,” ucapnya.

Untuk itu, Meliantha berencana untuk membuat karya berikutnya dengan eksplorasi media dan eksperimen baru seperti pembuatan karya yang menggantung di tengah tangga putar, atau memanfaatkan bayangan yang tercipta dari resin bening.

“Jadi penonton tidak hanya melihat objeknya, tapi juga dapat menikmati bayangannya. Saya harap melalui karya ini, karya saya bisa semakin menampilkan atmosfer sureal seperti alam mimpi untuk para penikmatnya,” tuturnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Fajar Sidik
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper