Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jabar Didorong Ekspor Kunyit

[caption id=attachment_473232 align=alignleft width=300] antara[/caption]
antara
antara

[caption id="attachment_473232" align="alignleft" width="300"] antara[/caption] Bisnis-jabar.com, BANDUNG--Pelaku usaha agribisnis menyayangkan rendahnya produksi komoditas kunyit di Jawa Barat di tengah geliatnya ekspor hortikultura di kawasan itu. Direktur Agrobisnis CV Fortuna Agro Mandiri Iyus Supriatna mengaku dirinya diminta untuk menyediakan kunyit basah sebanyak 7.000 ton per bulan ke negara India. "Tetapi, saya tidak bisa menyanggupinya, sebab nilai kontraknya seperti borongan. Sehingga untuk menyediakan pasokan kunyit sebanyak itu tidak mungkin bisa terpenuhi," ujarnya kepada Bisnis, Senin (23/12/2013) Selain itu, lanjut Iyus, kebutuhan kunyit untuk pasar domestik sendiri saat ini sudah cukup besar, sebab komoditas tersebut juga sering digunakan sebagai bahan obat, pembuatan kapsul, jamu, dan industri makanan lainnya. Bahkan, harganya pun cukup menggiurkan bagi para penjual kunyit. Saat ini di pasar internasional harga kunyit kering dijual seharga US$ 2 per kg, dengan rasio 1 kg kunyit kering berbanding dengan 10 kg kunyit basah. Hingga kini, katanya, sebagian besar petani kunyit di Jabar menjual dalam bentuk kunyit yang masih basah. "Dengan rangkaian proses panen yang dilakukan oleh petani. Maksimal harga yang bisa dijual petani harus  mencapai Rp1.000 per kg kunyit basah, agar mendapat untung," ujarnya. Tak hanya itu, Iyus menambahkan,  pengembangan pertanian kunyit di Jabar sangat berpotensi besar, sebab  kunyit sangat mudah ditanam dengan lahan yang sempit. Dia mengambarkan di tengah tanah sempadan di setiap perkebunan karet atau kopi, bisa ditanami pohon kunyit. Sebab kunyit tumbuh dengan sifat yang harmonis. Oleh karena itu, dia berharap, besarnya peluang pasar tadi dapat dimanfaatkan oleh pemerintah dalam memberikan kebijakan diversifikasi usaha tani, dengan memanfaatkan lahan kososng. "Meski luas tanah di Jabar, tidak terlalu besar. Sedangkan populasi penduduk besar. Saya berharap 1 hektare perkebunan karet bisa ditanam berbagai tanaman," ujarnya. Kabid Hortikultura Dinas Pertanian dan Pangan (Disperta) Jabar Obas Fermansyah mengatakan pihaknya segera menggenjot sentra produksi kunyit. Hal ini guna memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor, setelah melihat kondisi peluangnya tersebut, dengan mengookdinasikan dengan SKPD setempat. Selama ini, kata Obas, produksi kunyit di Jabar hanya mencapai 3,2 ton per tahun, kunyit kering dengan sentra produksi berada dikawasan Cianjur, Garut, Sukabumi, dan Kabupaten Bandung. "Sebetulnya saya baru mengetahui jumlah permintaan kunyit sampai sebesar itu. Saya akan berusaha menggenjot produksi agar terus meningkat. Supaya dapat memanfaatkan peluang itu," katanya. Dia menjelaskan, upayanya tersebut dimulai dari sistem budidaya yang baik, sesuai dengan prosedur standar yang berkualitas, agar dapat berdaya saing dengan produk luar negeri lainnya, serta pembenihan yang bermutu tinggi untuk menunjang peningkatkan produktivitas. "Anggaran juga harus mendukung, karena selama ini komoditas hortikultura dianggap sebagai petani yang mandiri. Berbeda perlakuannya dengan petani padi," katanya.(k32/k29)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Newswire

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper