Sambel Gelo, Si Hitam yang Menggila di Mulut

BANDUNG (bisnis-jabar.com) – Pecel lele? Sudah biasa, nasi timbel? Sudah biasa. Bagaimana dengan nasi yang disajikan dalam bentuk kelinci disajikan bersama ikan lele dan sambal berwarna hitam legam? Inilah yang disajikan di kedai makan Dapur Edoy Sambel Gelo Bebek Perawan. Kedai makan yang terletak di Jalan Hasanudin (Sebelah Unpad Dipatiukur) ini menyediakan menu makanan lain daripada yang lain. Hal yang membuat kedai makan ini lain daripada yang lain adalah sambal yang disediakan untuk mendampingi lauk dan nasinya. Para pegawai dan pemilik kedai ini menamakannya “Sambel Gelo”. “Kalau menjadikan lauk untuk jadi penarik perhatian itu sudah biasa, makanya saya memutuskan sambelnya yang jadi menu utama,” ujar Edi Supendi (37) atau bisa dipanggil Edoy, pemilik dari kedai Dapur Edoy Sambel Gelo Bebek Perawan. Edoy berpikir sambal merah dan sambal hijau sudah biasa, maka dia membuat sambal berwarna hitam yang tidak mengandung terasi, kecap dan penghitam lainnya. Ternyata sebelum bernama “Dapur Edoy Sambel Gelo Bebek Perawan”, kedai ini bernama “Seafood Langlangbuana” dan menjual berbagai macam hidangan laut. “Sebelum pindah ke sini, kami  berjualan ala kaki lima banget di depan Gedung PT Telkom di Jalan Japati,” ujar Edoy saat diwawancarai bisnis-jabar.com pada Rabu (20/2). Namun karena sering diusir oleh pedagang lain dan diberitahu teman kalau ada lahan murah di dekat Unpad DU akhirnya dia dan teman-temannya menetap disana hingga sekarang. “Sebenarnya dulu saya pernah punya café bernama Rock ‘n Roll, tapi bangkrut,” lanjutnya. Namun, menurut penuturan Edoy, niat dan kemauannya untuk menghidupi anak istri membuat pria yang tadinya tidak bisa masak ini memutuskan untuk membuat usaha lain. Pada 2008, Edoy dan teman-temannya menetap di DU dan masih menggunakan nama “Seafood Langlangbuana”. Dia mengatakan belajar dari seorang perempuan asal Cicaheum agar bisa memasak dan akhirnya dia berinovasi untuk membuat sambal. “Untuk menemukan bumbu pas sambel gelo saya membutuhkan waktu hampir tiga bulan,” tuturnya. Edoy menambahkan rasa sambalnya saat itu belum pas menurut orang yang dia percaya untuk merasakan sambel gelo sebelum dilempar ke pasaran. Karena terlalu lama meracik, akhirnya Edoy bertaruh dengan langsung memunculkan sambel gelo dengan harapan menarik minat masyarakat. “Alhamdulillah ternyata sambel gelo diterima dan menjadi kekhasan dari tempat kami,” tuturnya. Tak lama setelah sambel gelo dimunculkan, kedai Edoy berubah nama menjadi yang mereka gunakan hingga sekarang. “Nama Dapur Edoy Sambel Gelo Bebek Perawan memiliki banyak filosofi mas,” lanjutnya. Menurut Edoy, kata “Bebek Perawan” hanya menjadi trik agar menarik masyarakat untuk merasakan hidangan di kedai makan mereka. Warna merah dan hijau yang menghiasi nama dan kedai itu pun memiliki arti. “Merah artinya nafsu makan yang luar biasa dan hijau artinya menenangkan, membuat orang betah,” ujar Edoy. Tujuh tahun berjalan, Dapur Edoy Sambel Gelo Bebek Perawan ini sudah berkali-kali menambah dan mengurangi menunya. “Dulu kami menjual udang, ikan kakap, hingga ikan hiu, tapi karena harganya yang tidak sebanding jadi dihilangkan,” lanjutnya. Selain itu pernah juga mereka menambahkan makanan dengan saus padang dan saus tiram tapi karena terlalu digemari akhirnya dihilangkan juga. Anda tidak perlu khawatir masalah harga karena Dapur Edoy Sambel Gelo Bebek Perawan ini memasang harga sesuai isi kantong mahasiswa. “Kami juga menyesuaikan dengan harga bahan kebutuhan pokok untuk memproduksi makanan kami, harga bawang merah dan putih yang sangat mahal juga menjadi pertimbangan,” ucapnya. Harga satu porsi nasi ikan lele dan sambel gelo hanya dihargai Rp8.000, nasi ayam sambel gelo Rp12.000, nasi bebek sambel gelo Rp20.000, dan lain-lain. Terdapat juga menu inovasi, yaitu steago (fillet ikan lele) dan golden rice (nasi goreng) yang masing-masing berharga Rp10.000 dan Rp8.000. Pengunjung pun seakan tidak henti-hentinya datang ke kedai tersebut. Edoy menyebutkan setiap hari kedainya bisa menghabiskan 400 hingga 500 porsi makanan. “Hari biasa dipenuhi mahasiswa sedangkan hari libur dipenuhi pegawai kantoran,” ujarnya. Meskipun kedainya hanya berbentuk kedai kaki lima, Edoy tidak berpikiran untuk pindah ke tempat yang lebih bagus. Edoy mengatakan berjualan di kaki lima lebih memberikan keuntungan dibanding menyewa ruko. “Kalau ruko keuntungan sehari hanya bisa dinikmati sekitar 30%-nya saja, sedangkan kaki lima bisa dinikhati hingga 60%-nya karena biaya sewanya lebih murah,” lanjutnya. Sementara Edoy berjualan dengan gaya kaki lima, cabang Dapur Edoy Sambel Gelo Bebek Perawan ini sudah terdapat di empat tempat, yaitu Indramayu, Antapani, Jalan Sumatera, dan di Jakarta. “Lebih tepatnya kami menyediakan franchise bagi yang mau, dan kami harapkan yang membuka cabang di tempat lain tetap mengusung gaya kaki lima,” ujarnya. Namun keinginan Edoy tersebut tidak sepenuhnya terpenuhi karena cabang termuda, di Jakarta, menempatkan Dapur Edoy Sambel Gelo Bebek Perawan pada sebuah ruko. Bagi masyakarat yang berminat membuka cabang, Edoy menawarkan harga yang sesuai dengan permintaan. “Rp9 juta bagi yang mau berjualan gaya kaki lima, Rp35 juta bagi yang berjualan di ruko, ini semua meliputi perlengkapan di dapur,” ucap Edoy. (m01/ija)