WARUNG MISBAR: Makan dan Nonton Film Lawas Tanpa Kehujanan

"Hari ini: Jengkol Teri Balado, Akan Datang: Ku Ajak Engkau ke Warung Misbar", itulah kata-kata yang tertera pada poster yang terpampang di depan sebuah tempat makan baru di Bandung. Tempat makan bernama Misbar ini terletak di jalan LLRE Martadinata ini menawar suasana baru dalam menikmati makanan. Misbar merupakan singkatan dari gerimis bubar yang identik dengan kegiatan menonton film di lapangan terbuka pada tahun 1970-an. Nah, tempat makan Misbar ini juga menawarkan nuansa menonton film tahun 1970-1980an. Bedanya, tempat makan Misbar ini bertempat di suatu gedung, bukan di lapangan terbuka dan bukan hanya menonton tapi juga disertai berbagai menu makanan. Ariyanto, supervisor tempat makan Misbar mengatakan konsep awal dibentuknya tempat makan ini adalah untuk mengembalikan memori masyarakat mengenai film-film jaman dulu. "Misbar ini juga sekaligus memberikan edukasi bagi masyarakat muda tentang tokoh-tokoh film jadul (jaman dahulu)," ujar Ariyanto saat diwawancara bisnis-jabar.com Senin (4/2). [gallery columns="4" ids="313565,313566,313567,313568,313569,313571,313572,313573" orderby="rand"] Di pintu masuk tempat makan Misbar, para pengunjung akan disambut dengan poster dan loket layaknya sebuah pintu masuk ke bioskop masa kini. Poster dan loket ini hanya berfungsi sebagai hiasan untuk menambah nuansa bioskop saja. Setelah masuk, para pengunjung akan melihat berbagai poster foto artis-artis yang popular sekitar 1970-1980an, diantaranya Rhoma Irama, Sophan Sophian, Benyamin S., dan masih banyak lagi. Di bagian kiri setelah masuk Misbar, pengunjung akan disuguhi dengan berbagai makanan yang disajikan dengan prasmanan. Makanan-makanan tersebut identik dengan makanan khas sunda, seperti ayam goreng. Selain makanan utama, di Misbar ini juga terdapat berbagai makanan ringan atau camilan. “Ada Bandros original, es dung-dung dan makanan khas Jakarta seperti kerak telur,” ujar Ariyanto. Identitas atau “menu utama” Misbar ini adalah film-film tahun 1970-1980an yang diputar sesuai jadwal yang telah ditentukan. Film-film tersebut ditayangkan pada sebuah layar putih tepat di depan tempat makanan disajikan. “Film-Film yang kami putar ditayangkan menggunakan in focus agar lebih praktis,” lanjut Ariyanto. Selain jadul, ternyata film-film yang diputar di Misbar merupakan film asli Indonesia tidak ada film luar negeri. “Kami memilih film Indonesia untuk memberikan apresiasi lebih pada tokoh film Indonesia,” ujar Kemal Hasanudin, yang berposisi sebagai Kapten di Misbar. Ariyanto menambahkan banyak artis yang datang ke tempatnya karena merasa bangga filmya kembali diputar. “Ada Rano Karno, Suti Karno, hingga artis jaman sekarang seperti Vincent Rompis pernah datang ke Misbar,” lanjutnya. Tempat makan yang buka sejak 25 Agustus 2012 ini menarik minat masyarakat yang cukup baik. “Respon masyakarat bagus, baik anak muda maupun orang-orang tua mengapresiasi tempat makan ini,” tambah Kemal. Selain itu, saat akhir pekan pengunjung Misbar bertambah dengan hadirnya wisatawan lokal ke Bandung. “Biasanya wisatawan tidak langsung makan, foto-foto dulu baru makan,” lanjutnya. Ariyanto mengatakan belum ada café atau tempat makan yang mengusung tema serupa dengan Misbar. Hal tersebut membuat dirinya yakin Misbar tidak memiliki saingan. “Saya harap Misbar ini bisa berkembang, seperti menjual cindera mata film-film Indonesia,” tutup Ariyanto.(k30/m01/yri)