Rudat (antara)BANDUNG (bisnis-jabar.com)-- Kesenian Rudat di Cirebon diyakini adalah kesenian yang lahir sebelum bangsa ini berdiri. Beberapa literatur tanpa sumber yang pasti menyebutkan, kesenian ini lahir tahun 1818 M, saat pemberontakan Cirebon bermula. Tak hanya sebagai seni, Rudat juga adalah alat perlawanan melawan penjajah Belanda. Apa itu rudat? Bisnis-Jabar mensarikan rudat dari catatan Nurdin M.Noer, budayawan Cirebon. Menurut Nurdin, Rudat yang masuk dalam seni Terbang (tetabuhan) telah dikenal sejak abad ke-13 sebelum berdirinya Kesultanan Cirebon. Saat itu keberadaan kesenian ini erat kaitannya dengan kehadiran bernama Terbang Brai. Sejarah kesenian ini datang dari tiga orang pemuda timur tengah yang datang ke Cirebon. Bernama, Sayid Abdillah, Abdurakhman dan Abdurakhim. Mereka diperintahkan orang tuanya mencarai Syekh Nur Jati untuk berguru dan memperdalam Islam. Dalam perjalanan ini, ketiga pemuda tersebut melagukan syair-syair keagungan Allah dan rasul-Nya. Masyarakat yang dilalui ketiga pemuda ini terpincut. Ketika mereka sudah menemukan Syekh Nur Jati di daerah Gunung Ampara Jati, kesenian Brai ini makin berkembang. Brai digelarkan biasanya pada malam Jumat atau pada acara-acara tertentu, seperti mitung wulan, puputan, dan acara-acara lain yang berkaitan dengan syukuran. Brai diiringi dengan musik genjring, dan ditabuh dengan lembut. Berbeda dengan rudat yang lebih dinamis. Seni rudat lebih menekankan pada irama yang keras dan diiringi selawat nabi serta tarian pencak silat. Syaikh Ja’far Al Barzanjie adalah awal dari lagu-lagu rudat yang sering dimainkan pertama kali. Rudat akhirnya menyebar ke segenap wilayah Cirebon. Dalam proses ini, diyakini bahwa makin menyebarnya rudat karena peran dua orang pangeran kesultanan Cirebon di tahun 1720 M. Mereka, Pangeran Muhammad Khaeruddin putra Kraton Kanoman dan Pangeran MuhammadAsyrofuddin dari putra Kraton Kasepuhan kala itu dikabarkan menghilang. Kenyataanya mereka mendirikan padepokan di wilayah Sidapurna untuk menggalang pergerakan masyarakat. Di Sidapurna, keduanya selain menyebarkan ajaran Islam, juga melatih pencak silat. Demi alasan keamanan, kegiatan ini memanipulasi diri dengan sebutan Kesenian Rudat. Dalam rudat yang dilatih mereka, ada perpaduan gerak silat, dzikir dan gerakan sholat, yang diiringi dengan lantunan puji-pujian yang mengagungkan asma Allah dan Rasulnya. Kelak, pergerakan di pesantren ini memicu pertempuran Kedongdong tahun 1818 atau lebih dikenal dengan pemberontakan Cirebon. Setelahnya Rudat hidup di dalam masyarakat Cirebon. Disebarkan para santri. Pada awalnya rudat hanya dimainkan dalam kelompok kecil yang terdiri dari lima hingga sepuluh orang. Dari Kota Udang ini Rudat menapak ke berbagai daerah. Dari Banten, Kuningan, Purwakarta, Belitung hingga Semarang. Hingga pada seputar tahun 1960-an, seni rudat mengalami kejayaannya. (ajz)
NGABUBURIT: Mengenal Rudat, Kesenian Tradisional Islam
Rudat (antara)BANDUNG (bisnis-jabar.com)-- Kesenian Rudat di Cirebon diyakini adalah kesenian yang lahir sebelum bangsa ini berdiri. Beberapa literatur tanpa sumber yang pasti menyebutkan, kesenian ini lahir tahun 1818 M, saat pemberontakan Cirebon bermula.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Wisnu Wage Pamungkas
Editor : Wisnu Wage Pamungkas
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
16 jam yang lalu
Infrastruktur Rebana Naikkan Daya Beli Warga Majalengka
20 jam yang lalu
Bey Minta DIPA 2025 Difokuskan pada Kesehatan dan Pendidikan
21 jam yang lalu