JAKARTA-- "Kok film Korea bisa masuk Kuala Lumpur dan Jakarta, kenapa film sesama kita tidak bisa? " tanya Datuk Seri Utama Dr. Rais Yatim suatu saat ketika melihat daftar film bioskop Malaysia dan Indonesia. Rais Yatim yang menjabat Menteri Penerangan, Komunikasi, dan Kebudayaan Malaysia itu lalu membicarakan soal film dengan Menkominfo Tifatul Sembiring dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu. Pekan lalu, lanjut Datuk, mereka membahas soal film kedua negara di Singapura. "Hubungan G to G (government to government) sudah, tapi belum ada hubungan rakyat dengan rakyat. Salah satu caranya lewat film," kata Dr. Rais Yatim. Seolah gayung bersambut, pelaku perfilman di dua negara itu membentuk kerjasama lewat wadah bernama Kofi Malindo atau Kolaborasi Film Malaysia-Indonesia. Pendiri Kofi Malindo adalah Naldy Nazar Haroen dari Indonesia dan Datuk Md. Afendi Haji Hamda dari Malaysia. "Ini adalah terobosan baru yang sudah pernah dilakukan, tapi sekarang belum ada lagi, jadi terobosannya diperbarui," kata Naldy yang juga pengurus Persatuan Perusahaan Film Indonesia. Dia merujuk film 'Hapuslah Air Matamu' yang dibintangi Broery Marantika dan biduan Malaysia, Sharifah Aini pada tahun 1976. Film itu adalah hasil kerjasama perfilman Indonesia-Malaysia. Naldy mengatakan, kerjasama dua masyarakat perfilman tersebut kini meliputi skenario, teknis, artis, serta lokasi syuting. Bagi Indonesia, kata Naldy, Malaysia adalah pasar potensial untuk perfilman Indonesia. "Film Indonesia di Malaysia lebih populer, bisa menghasilkan 2 juta ringgit (sekitar Rp6miliar) padahal penduduknya hanya 40 juta. Penduduk kita 200 juta tapi kita cari Rp3 miliar saja susah," ungkapnya. Garapan pertama Kofi Malindo adalah 'Gerimis Mengundang' yang mulai diputar di Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. 'Gerimis Mengundang' yang diinspirasi lagu dengan judul yang sama ini dibintangi Kamal Adli dari Malaysia dan Olivia Jansen dari Indonesia. Film yang mengambil lokasi di sejumlah tempat di Kinabalu dan Sabah, Malaysia serta Jakarta itu berkisah mengenai perjalanan cinta singkat antara Zamani (Kamal Adli) dengan Mikha (Olivia Jensen Lubis). Zamani adalah pilot helikopter yang jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Mikha, anak seorang pejabat Konsulat Jenderal Indonesia di Malaysia. Meski Mikha tidak sengaja melukai kepala Zamani saat bermain jet ski, tapi hubungan mereka semakin hangat karena sejumlah pertemuan yang tidak disengaja. Hubungan mereka semakin lengket setelah ayah Mikha tewas dalam satu kecelakaan mobil. Zamani menjadi penghibur Mikha. Zamani juga mengajak Mikha bertemu dengan orang tua angkatnya dan mengikuti festival budaya dengan baju tradisional Dayak yang juga hadir di Indonesia. Saat hubungan mereka sudah semakin dekat, tunangan Mikha, Doni, datang dari luar negeri. Mikha pun harus membuat keputusan. Gerimis Mengundang adalah hasil kerja sama Erama Creative Malaysia, Excellent Pictures dan WannaB Records Indonesia dengan sutradara Ahmad Idham Ahmad Nadzri. Musisi Indonesia, Yovie Widianto, dipercaya untuk mengaransemen ulang lagu 'Gerimis Mengundang' di film ini. Lagu Gerimis Mengundang yang menjadi judul film tersebut adalah judul lagu yang dipopulerkan penyanyi Zamani dari kelompok musik Slam asal Malaysia, namun di film ini dinyanyikan oleh penyanyi Indonesia Budi Doremi dan Malaysia yaitu Brenda Anura. Cerita sedih dalam film Gerimis Mengundang menurut Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring dapat membuat lekat dua negara yang berkolaborasi dalam pemembuatan film tersebut yaitu Indonesia dan Malaysia. "Ini suatu bentuk kerja sama yang bagus, yang membuat lengket Indonesia dan Malaysia," kata Tifatul usai menonton film tersebut di Jakarta, Kamis (31/5). "Kita tahu bahwa hubungan Indonesia dan Malaysia kerap mengalami riuh rendah tapi dengan film ini kedua negara menjadi lekat dan untuk selera anak muda saya rasa ceritanya cukup menyentuh," tambah Tifatul. Film ini ditayangkan secara serempak di empat negara yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam mulai 31 Mei 2012 Mengenai film Indonesia yang diputar di Malaysia, pendiri lainnya dari Kofi Malindo, Datuk Md. Afendi Haji Hamda, mengatakan film Indonesia kini relatif jarang hadir di Malaysia. Padahal, menurut dia, dulu film Indonesia terkenal di Malaysia. Produser film 'Gerimis Mengundang' itu mengemukakan film Indonesia terbaru yang bisa masuk pasar Malaysia adalah Ayat-Ayat Cinta. "Gampang masuk karena temanya keagamaan. Sekarang badan sensor Malaysia agak strict, kalau ada adegan cium-cium pasti disensor," ungkapnya. Dia menyatakan harapannya agar Kofi Malindo bisa memudahkan proses penerimaan film Indonesia ke Malaysia dan sebaliknya. Dia mengemukakan, kolaborasi Indonesia-Malaysia bisa memadupadankan unsur-unsur terbaik agar laku di negara masing-masing. Haji Hamda yang juga Pengurus Perbadanan Kemajuan Filem Nasional Malaysia (FINAS) mengaku menyukai film-film Indonesia yang masuk ke Malaysia tahun 80-an. "Dulu artis Indonesia sangat terkenal di Malaysia. Christine Hakim, Rano Karno, Widyawati itu jadi idola," "Saya bahkan menonton 'Akhir Semua Impian' enam kali," katanya. (ANT/AJZ)
Film Malaysia "Gerimis Mengundang" Meriahkan Bioskop
JAKARTA-- Kok film Korea bisa masuk Kuala Lumpur dan Jakarta, kenapa film sesama kita tidak bisa? tanya Datuk Seri Utama Dr. Rais Yatim suatu saat ketika melihat daftar film bioskop Malaysia dan Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Topik
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru

18 menit yang lalu
Lahan BPP Jadi Senjata Petani Indramayu, Tapi Mati Gaya di Cirebon

1 hari yang lalu
Jabar Targetkan Bentuk 5.957 Koperasi Desa Merah Putih

40 menit yang lalu
Kawal Pembangunan Desa, Pemprov Jabar Gandeng ITB

54 menit yang lalu
Pemusnahan Amunisi Usang di Garut Sudah Dilakukan Sejak Era Orde Baru

19 jam yang lalu
Jabar Matangkan Aturan Teknis SPMB 2025 SMA/SMK
Terpopuler
# Hot Topic
Rekomendasi Kami
Foto
