Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perang konsep bisnis kuliner Bandung

istimewa Oleh Ixora Tri Devi
istimewa
istimewa

istimewa Oleh Ixora Tri Devi Menjamurnya tempat kuliner di Bandung memaksa para pebisnis kuliner untuk tidak hanya mengedepankan kualitas produk. Beragam cara dilakukan mulai dari menyajikan konsep unik sampai dengan menggaet berbagai komunitas untuk bekerjasama agar dapat mencuri perhatian calon konsumen. Salah satu rumah makan yang mengedepankan sajian konsep adalah Nanny’s Pavillon. Pemandangan unik akan pengunjung rasakan ketika memasuki kawasan kafe. Mulai dekorasi ruangan sampai dengan penampilan para pramuniaga di tata sedemikian rupa mengikuti konsep paten yang diterapkan oleh Nanny’s Pavillon. “Untuk Nanny’s Pavillon cabang Riau ini konsepnya garden. Pramuniaga yang perempuan berdandan a la nanny, baby sitter, dan yang laki-laki berdandan a la lelaki Eropa, tapi banyak yang bilang mirip Joni Pantau, hahaha (tertawa),” ujar Supervisor Nanny’s Pavillon, Hendi Ahmad, 29, kepada bisnis-jabar.com saat ditemui hari ini. Selain tata ruang dan pramuniaga, Nanny’s Pavillon juga tetap mengutamakan tawaran sajian mereka. Menurut Hendi, pada tahun 2009 ketika Nanny’s Pavillon pertama dibuka di Bandung, sajian pancake –yang menjadi andalannya- belum terdapat di Bandung. “Dulu itu pancake baru tren di Jakarta, di Bandung belum masuk. Makanya kami ingin coba pasar di Bandung,” ujarnya. Kafe yang menyediakan menu andalan ala American-France ini selain menyediakan pancake, juga menyajikan waffle, pasta, baked rice, dan beragam pilihan menu grilled. Harga yang ditawarkan mulai dari Rp30.000 sampai dengan Rp150.000. “Menu favorit tamu kami itu Blueberry Cheese Roll Pancake. Untuk minuman, andalan kami lemonade, untuk siang hari lebih segar dengan mint lemonade,” terangnya. istimewaHendi meneruskan menu masakan Eropa-Amerika yang tersedia di kafenya mendapat sambutan yang baik dari masyarakat Bandung. Dia melanjutkan, pihaknya mengedepankan konsep yang unik untuk menarik perhatian konsumen yang kebanyakan datang dari kalangan remaja dan keluarga. “Di restoran biasa, walaupun makannya lebih beragam, tapi suasananya monoton, jadi membosankan. Jadi kalau ingin nongkrong yang lama, lebih nyaman di kafe yang seperti ini,” akunya. Kafe yang buka dari pukul 09.00 sampai dengan pukul 23.00 ini memiliki dua cabang di Bandung. Konsep Garden dapat pengunjung rasakan di Jalan Riau No. 112, dan konsep Library di Jalan Setiabudi No.55. Selain Nanny’s Pavillon, satu kafe baru yang juga mencoba peruntungan dengan menjual konsep adalah Little White. Kafe di Jalan Lodaya No. 11A yang baru buka tiga bulan belakangan ini mencoba menggabungkan konsep yang mereka sebut ‘konsep homey’ dengan beragam sajian makanan dan minuman. Supervisor Kafe Little White, Agus Alfianto,43, mengakui awalnya pihaknya lebih fokus untuk memberikan sajian berupa light meal, makanan ringan, dengan target pasar utama mereka adalah dari kalangan remaja. “Tapi mungkin emang hoki, yah. Yang datang ternyata lebih banyak dari kalangan kantoran dan keluarga. Dibandingkan dengan memesan menu light meal, mereka lebih banyak memesan menu main course,” ujar Agus. Mengedepankan ide sebagai one stop dining place, di kawasan Little White juga terdapat food court yang menyadiakan berbagai makanan mulai dari surabi sampai dengan menu bebek. Selain konsep homey dan variasi hidangan yang ditawarkan, Little White juga berusaha menarik perhatian calon konsumen dengan ikut berpartisipasi di berbagai kegiatan komunitas Bandung. Kenyataan ini diakui oleh pemilik Little White, Hardian Eko Nurseto, 27. Berbagai komunitas, sebut saja komunitas sepeda fixie South Beach Queen, komunitas fotografi, dan komunitas Bike to School digaet oleh Little White. “Sebenarnya komunitas itu bukan pangsa pasar kami, tapi lebih ke pemancing. Dari situlah kafe ini mulai dibicarakan orang, image kami juga mulai terbentuk,” ujar pria yang akrab dipanggil Seto ini. “Benefit secara langsung mungkin belum ada, tapi ketika ada orang yang membuka blog komunitas, lalu logo kami muncul di sana, itu kan lama-lama setidaknya akan memengaruhi alam bawah sadar orang untuk kemari,” lanjutnya. Kafe yang menyediakan menu kopi mulai dari kopi lokal sampai kopi Italy dengan empat ruangan VIP ini menjagokan menu Iga Bakar dan White Coffee sebagai sajian andalannya. Beragam hidangan ditawarkan dengan harga yang bersahabat mulai dari Rp8.000 sampai dengan Rp40.000. “Di Bandung sih berbagai sajian serta konsep yang ditawarkan pasti masih masuk juga, tergantung promosi dan pemasarannya seperti apa,” ujar Seto yang mendirikan Little White bersama sang isteri, Anten. “Kalau di Bandung orang lebih jual konsep, jual suasana, lalu kemudian makanan enak kemudian pelayanan,” lanjut pria yang sedang melanjutkan studi S2-nya di Universitas Indonesia jurusan Antropologi ini. Melebarkan sayap usahanya, bulan depan Little White akan mengadakan workshop fotografi. Selain itu, mulai bulan ini akan ada pasangan yang merayakan hari pernikahannya di Little White. “Untuk bulan ini pernikahan pertama yang digelar, bulan depan juga sudah dalam proses. Semoga setiap bulan akan ada yang merayakan pernikahan di sini,” harap Seto. (fsi)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Newswire

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler