Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indramayu Dominasi Perekonomian Ciayumajakuning

Kontribusi Indramayu terhadap PDRB Ciayumajakuning mencapai 37,03%. Disusul Kabupaten Cirebon dengan 23,56%, Kabupaten Majalengka sebesar 16,24%.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, CIREBON - Struktur perekonomian wilayah Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan) pada 2024 menunjukkan dominasi Kabupaten Indramayu sebagai kontributor terbesar terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) wilayah tersebut. 

Meski begitu, dari sisi pertumbuhan, justru Indramayu mengalami perlambatan paling tajam dibandingkan kabupaten/kota lainnya.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis awal Mei ini, kontribusi Indramayu terhadap PDRB Ciayumajakuning mencapai 37,03%. Disusul Kabupaten Cirebon dengan 23,56%, Kabupaten Majalengka sebesar 16,24%, Kabupaten Kuningan sebesar 12,46%, dan Kota Cirebon 10,71%.

Namun, dalam hal pertumbuhan ekonomi, ada ironi yang muncul. Kabupaten Indramayu yang menyumbang porsi terbesar terhadap PDRB justru mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi, bahkan lebih lambat dibanding rata-rata nasional dan Provinsi Jawa Barat.

“Jika dilihat dari laju pertumbuhan ekonomi, Indramayu memang tumbuh paling lambat di antara wilayah Ciayumajakuning, bahkan berada di bawah angka pertumbuhan nasional maupun Jawa Barat,” ungkap Kepala BPS Kota Cirebon Aris Budiyanto, Selasa (6/5/2025).

Sebagai perbandingan, pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2024 sedikit melambat dari 5,05% menjadi 5,03%. Sementara Jawa Barat juga mengalami perlambatan dari 5,00% pada 2023 menjadi 4,95% pada 2024.

Di tengah tren melambatnya pertumbuhan ekonomi nasional dan provinsi ini, beberapa daerah di Ciayumajakuning justru mampu mencatat pertumbuhan yang lebih cepat. Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cirebon, dan Kabupaten Majalengka menunjukkan tren positif dengan pertumbuhan di atas rata-rata nasional dan provinsi.

“Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cirebon, dan Majalengka cukup resilient, artinya mereka mampu mempertahankan momentum pertumbuhan bahkan di tengah tekanan ekonomi secara nasional,” tambah Aris.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Kota Cirebon disebut Aris tumbuh di atas Jawa Barat namun sedikit lebih rendah dibandingkan nasional. 

Hal ini dinilai masih cukup baik, mengingat Kota Cirebon memiliki struktur ekonomi yang sangat bergantung pada sektor jasa dan perdagangan yang sempat terdampak tekanan inflasi serta penyesuaian harga BBM pada semester pertama 2024.

“Kota Cirebon sebagai pusat perdagangan dan jasa di wilayah timur Jawa Barat relatif stabil. Meskipun tidak mampu menyalip rata-rata nasional, tetapi bisa tumbuh lebih cepat dari provinsi. Itu indikasi adanya ketahanan konsumsi masyarakat,” paparnya.

Aris menjelaskan, sejumlah faktor menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi daerah di Ciayumajakuning. Di Kabupaten Majalengka, pengaruh positif dari pengembangan kawasan industri dan infrastruktur seperti Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati mulai terasa.

“Majalengka mulai merasakan multiplier effect dari BIJB dan proyek-proyek strategis nasional yang masuk ke wilayahnya. Sektor konstruksi dan transportasi menjadi penopang,” jelas Aris.

Di Kabupaten Cirebon dan Kuningan, sektor pertanian, UMKM, dan jasa lokal menjadi motor penggerak. Selain itu, peran koperasi dan kegiatan ekonomi berbasis desa juga tumbuh signifikan dalam dua tahun terakhir.

“Kuningan punya keunggulan di sektor pertanian organik dan pariwisata lokal. Itu jadi pendorong utama. Sedangkan Kabupaten Cirebon banyak bergerak di bidang industri kecil menengah dan perdagangan antarwilayah,” tambahnya.

Meski menjadi kontributor terbesar terhadap PDRB Ciayumajakuning, Indramayu justru mencatat pertumbuhan paling rendah. Aris menyebutkan, hal ini tak lepas dari tantangan yang dihadapi sektor pertanian dan perikanan yang menjadi tulang punggung ekonomi daerah tersebut.

“Ketergantungan pada sektor primer seperti pertanian dan perikanan membuat Indramayu rentan terhadap fluktuasi cuaca dan harga komoditas. Ditambah lagi beberapa infrastruktur pendukung industri belum maksimal,” katanya.

Aris juga menyoroti masih lemahnya diversifikasi ekonomi di Indramayu yang membuat daerah tersebut sulit bergerak cepat dalam situasi tekanan ekonomi nasional.

“Pembangunan sektor sekunder seperti manufaktur dan industri pengolahan masih terbatas. Kalau ini tidak dikejar, Indramayu akan terus tertinggal dari sisi pertumbuhan meski secara porsi tetap besar,” ujarnya.

Melihat tren ini, Aris mendorong agar masing-masing daerah di Ciayumajakuning mulai melakukan penyesuaian strategi pembangunan ekonomi, khususnya dalam memperkuat sektor unggulan yang adaptif terhadap perubahan global dan digitalisasi.

“Kita sudah masuk era ekonomi digital dan berbasis inovasi. Daerah-daerah yang hanya mengandalkan sumber daya alam mentah harus mulai transformasi. Kuningan dan Majalengka sudah memulai dengan inovasi pertanian dan pengembangan kawasan, Cirebon dengan sektor UMKM-nya. Itu patut ditiru,” pungkas Aris.

Aris berharap, pemerintah kabupaten/kota di Ciayumajakuning dapat menjadikan data ini sebagai pijakan dalam perumusan kebijakan pembangunan tahun 2025 ke depan, agar pertumbuhan ekonomi bisa lebih merata dan inklusif.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hakim Baihaqi
Editor : Ajijah
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper