Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Antisipasi Tekanan Inflasi Akibat Cuaca, BI Jabar: Perkuat Rantai Pasok hingga Sentra Produksi

Sejalan dengan tekanan inflasi nasional, tekanan inflasi Jawa Barat tercatat cenderung tinggi sejak awal tahun 2022.
Pedagang cabai melayani pembeli di salah satu pasar di Jakarta, Rabu (6/7/2022). Bisnis/Eusebio Chysnamurti
Pedagang cabai melayani pembeli di salah satu pasar di Jakarta, Rabu (6/7/2022). Bisnis/Eusebio Chysnamurti

Bisnis.com, SUMEDANG - Sejalan dengan tekanan inflasi nasional, tekanan inflasi Jawa Barat tercatat cenderung tinggi sejak awal tahun 2022.

Bahkan inflasi bulanan sempat mencapai titik tertinggi dalam 3 tahun terakhir yakni pada April 2022 yang menyentuh 1,07 persen (mtm), sedangkan inflasi tahunan tertinggi terjadi pada Juni 2022 dengan tekanan sebesar 4,41 persen (yoy).

"Peningkatan tren inflasi ini terjadi pada seluruh kelompok baik bahan makanan, inti maupun harga-harga yang diatur pemerintah. Bahkan untuk komponen bahan makanan dan harga yang diatur pemerintah, tahun ini mengalami tekanan tertinggi sejak 3 tahun terakhir," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat Herawanto kepada Bisnis, Selasa (26/7/2022).

Herawanto merinci, beberapa penyebab yang memicu hal ini terjadi adalah di antaranya tensi global yang tak kunjung mereda, yang berdampak pada ketersediaan pasokan sejumlah komoditas pangan serta pupuk dan kenaikan harga energi serta kondisi cuaca ekstrem di dalam negeri yang menyebabkan kurangnya pasokan komoditas hortikultura.

"Sumbangan inflasi terbesar berasal dari komoditas bahan makanan khususnya hortikultura [aneka cabai, bawang merah, cabai rawit, dan tomat], jelas Herawanto.

Selain itu, telur ayam ras juga masih menjadi penyumbang inflasi utama seiring dengan kenaikan harga pakan yang berkontribusi sebesar 70 persen terhadap harga pokok produksi.

Sementara itu, komoditas yang paling persisten sejak awal tahun 2022 adalah minyak goreng, bahan bakar rumah tangga, cabai merah, bawang merah, serta nasi dengan lauk.

"Persistensi minyak goreng dan bahan bakar rumah tangga terjadi seiring dengan harga energi dan komoditas global yang juga terus tinggi sementara persistensi komoditas hortikultura dikarenakan kondisi cuaca ekstrem yang tidak kunjung usai. Sebagai second round effect, harga nasi dengan lauk juga ikut mengalami peningkatan," imbuhnya.

Merespons kondisi tingginya harga-harga khususnya komoditas hortikultura dan telur ayam ras, Bank Indonesia bersama Pemerintah Daerah di Jawa Barat telah merumuskan strategi stabilisasi harga melalui wadah Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di Jawa Barat. Rumusan strategi pengendalian inflasi sesuai prioritas jangka waktu dan urgensinya dari kegiatan High Level Meeting (HLM) TPID se-Jawa Barat.

Hasilnya, ada dua rekomendasi kebijakan yang bisa diterapkan untuk mengantisipasi fenomena ini. Pertama adalah langkah jangka pendek dan langkah jangan menengah-panjang.

Pada langkah jangka pendek, pemerintah bisa melakukan kebijakan fiskal berupa operasi pasar, subsidi harga, hingga gerakan tanam cabai dan tomat di pekarangan.

"Gerakan tanam cabai dan tomat ini saya rasa yang paling efektif untuk meredam, utamanya untuk ibu-ibu ya, efeknya langsung terasa," kata dia.

Untuk jangka panjang, Herawanto menilai perlu adanya optimalisasi sistem distribusi dan rantai pasok agar permintaan produk hortikultura bisa terus terjaga.

"Perlu juga adanya perluasan Kerjasama Antar Daerah [KAD] dengan optimalisasi BUMD/N pangan, baik secara intra-Provinsi Jawa Barat maupun dengan provinsi lain penghasil komoditas pangan," jelasnya.

Dengan demikian, maka ia menilai akan terbangun saling topang antar daerah penghasil produk hortikultura. "Nantinya akan terbangun strategi distribusi pasok kebutuhan pangan yang efektif," imbuhnya.

Selain itu, penguatan kapasitas produksi di sentra produksi hortikultura perlu dilakukan, terlebih saat ini Pemerintah Provinsi Jawa Barat memiliki program Petani Milenial dan One Pesantren One Product (OPOP).

"Ini bisa optimal dengan penerapan produksi berbasis teknologi hingga kemudahan pemberian permodalan agar kapasitas produksi bisa ditingkatkan secara maksimal," imbuhnya. (K34)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dea Andriyawan
Editor : Ajijah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper