Bisnis.com, BANDUNG - Pengalaman berwisata di desa kini tengah menguat. Istilah ini disebut dengan rural tourim.
World Tourism Organisation menjelaskan rural tourism adalah aktivitas wisata di mana wisatawan mendapat pengalaman terkait berbagai produk yang dihasilkan dari aktivitas berbasis alam, pertanian, gaya hidup dan budaya pedesaan.
Di Jabar ada lima destinasi rural tourism yang bisa didatangi bersama keluarga. Berikut daftarnya:
Kampung Lukis Jelekong, Kabupaten Bandung
Kampung Jelekong merupakan rumah para pelukis dan seniman wayang di Kabupaten Bandung. Kampung ini sangat cocok disambangi oleh wisatawan yang memiliki kecintaan tinggi terhadap seni.
Saat memasuki gapura Kampung Jelekong, wisatawan akan langsung disuguhkan dengan deretan galeri lukis. Para pelukis asal Jelekong pun memang belajar melukis secara turun temurun.
Secara administratif Kampung Lukis Jelekong berada di Kelurahan Jelekong, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung atau 15 km dari pusat Kota Bandung via Dayeuhkolot.
Jelekong juga tak hanya terkenal seni lukisnya, tetapi juga akan kesenian wayang golek. Dalang kondang Asep Sunandar Sunarya, keturuannya bersama keluarga seni Giri Harja pun terus konsisten melestarikan kesenian Sunda tersebut dari Jelekong
Desa Alam Endah Rancabali, Kabupaten Bandung
Ciwidey-Rancabali tak hanya terkenal dengan wisata Kawah Putih atau Situ Patenggang semata. Wisatawan juga bisa megunjungi wisata pedesaan di Desa Alamendah di Kecamatan Rancabali. Desa ini ditetapkan sebagai Desa Wisata pada 2 Februari 2011.
Alamendah merupakan salah satu desa agronomi termaju, dengan mayoritas mata pencaharian penduduknya petani dan pedagang. Di sini wisatawan bisa mendapatkan paket wisata yang komplet, baik wisata alam, wisata religi dan agrowisata.
Kegiatan agrowisata yang cukup populer di sana adalah petik stroberi, wisatawan juga bisa belajar mengolah produk pertanian yang tentunya memiliki nilai edukasi yang tinggi buat si kecil. Wisatawan juga bisa menjadi pemerah susu, dan mencoba susu segar yang baru diperas.
Lelah berkelana di sekitar perkebunan, di Alamendah juga terdapat beberapa titik untuk camping ground. Di antaranya adalah Punceling Pass yang memiliki daya tarik air panas dari buminya, kemudian di Kampung Cai Ranca Upas yang dimana pengunjung bisa camping sekaligus melihat rusa, dan terakhir di sekitar area Kawah Putih yang menyajikan pemandangna yang eksotis.
Masyarakat di Alamendah juga turut menghasilkan produk UMKM yang bisa dijadikan souvenir atau buah tangan yang bisa dibawa ke rumah. Mulai dari kerajinan tangan, snack olahan stroberi, kopi luwak, aromanis, dan yang lainnya. Wisatawan juga bisa menyaksikan seni budaya yang dilestarikan masyarakat Alamendah, seperti karinding atau pencak silat.
Desa Wisata Alamendah ini bisa ditempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi dengan durasi kurang lebih dua jam dari Kota Bandung via Tol Soroja.
Kampung Gede Kasepuhan Ciptagelar, Sukabumi
Kampung Gede Kasepuhan Ciptagelar di Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi bisa menjadi salah satu lokasi yang tepat untuk melepas penat kehidupan kota. Desa adat yang berada di kaki Gunung Halimun ini memiliki daya tarik tersendiri bagi pecinta budaya lokal.
Di sini wisatawan bisa melihat seperti apa kearifan lokal masyarakat, yang masih menjunjung tinggi nilai adat dan tradisi Sunda yang amat kental. Mirip seperti Kampung Naga, rumah warga di Ciptagelar masih berpegang teguh pada tradisi orang Sunda zaman dulu.
Orang yang menempati desa Ciptagelar dikenal dengan sebutan kasepuhan. Kata kasepuhan berasal dari kata sesepuh menggunakan kata ka-an yang berarti tempat tinggal seorang sesepuh. Ini merujuk pada masyarakat di dalamnya yang masih memegang teguh tradisi leluhur.
Di sini juga wisatawan bisa melihat geliat stasiun radio Ciptagelar, yang menjadi wadah komunikasi antar warga Kasepuhan dengan Kasepuhan yang lainnya. Jika beruntung, wisatawan juga bisa melihat rangakaian upacara adat di sana.
Memang untuk menempuh jalur ke Ciptagelar ini, perlu perjuangan ekstra. Sebab, dari jalan biasa mulai dari Kampung Adat Sinaresmi perlu waktu hingga 1,5 jam perjalanan lagi ke Kampung Adat Ciptagelar. Jalan yang dilalui pun masih terbilang off road.
Sedang, lama perjalanan dari Jakarta ke Kampung Adat Sinaresmi butuh waktu hingga 5 jam. Itu pun jika lalu lintas jalan non tol ke Palabuhanratu dalam keadaan lancar. Tetapi, perjuangan itu akan terbayar begitu memasuki kawasan Ciptagelar dengan penduduknya yang ramah someah.
Desa Wisata Saung Ciburial Garut
Rural tourism ini terletak di Desa Sukalaksana, Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Durasi tempuhnya kurang lebih dua jam tak begitu jauh dari Bandung.
Salah satu keunggulan dari desa wisata ini, adalah wisata homestay warga lokal. Di sana wisatawan bisa lebih berinteraksi dengan warga atau wisatawan lain. Suasnaa pun akan terasa lebih guyub dan penuh rasa kekeluargaan.
Saat ini sudah ada 80 rumah warga yang siap digunakan di Desa Wisata Saung Ciburial dan satu-satunya Wisata di Garut yang menjadikan rumah warga sebagai homestay.
Masyarakat sekitar pun menjaga tradisi, salah satu tradisi yang dilestarikan adalah permainan anak-anak atau kaulinan urang lembur yang bisa dijajal bersama keluarga.
Domba merupakan salah satu hewan yang di unggulkan dalam wisata di Garut dan menjadi khas dari Garut. Di Desa Wisata Saung Ciburial, Pengunjung bisa ikut terjun mencoba memandikan, memberi pakan, mengolahragakan domba, dan merawat domba.
Selain itu pengunjung juga dapat menyaksikan atraksi ketangkasan Domba Garut atau yang biasa dikenal sebagai adu domba garut sebagai bentuk pelestarian budaya.
Kampung Naga, Tasikmalaya
Kampung yang terletak di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu ini berada di kawasan lembah yang tenang dan jauh dari keramaian kota.
Salah satu daya tarik dari kampung ini, adalah kebijakan kampung yang menolak modernisasi. Mereka hidup bersahaja, tanpa lampu, tanpa listrik. Kesederhanaan itu juga tercermin pada rupa bangunan rumah di Kampung Naga, yang masih berbentuk rumah panggung.
Rumah tersusun dari kayu dan bambu, sedangkan bagian atapnya terbuat dari daun nipah dan ijuk, atau bisa menggunakan alang-alang. Pasalnya, ada larangan untuk membangun rumah dari genteng atau dinding bata meski mereka mampu.
Meski begitu, bentuk rumah yang sederhana di area persawahan, membuat kita seolah terhisap ke zaman dahulu dan itu yang menjadi salah satu pesona Kampung Naga.
Berbagai upacara pun dilaksanakan pada bulan-bulan tertenu seperti Upacara Pergantian Tahun tiap 27 Muharram, dan membersihkan benda atau senjata yang dianggap sakral tiap tanggal 12 Maulud.
Wisatawan yang berkunjung ke Kampung Naga bisa belajar bagaimana keseharian dan aktivitas budaya masyarakat setempat yang memegang teguh kearifan lokal dari leluhur. Salah satunya kaum pria wajib memakai iket dan larangan memakai baju kurung, tidak boleh bersepatu dan bersandal. Namun, bagi pengunjung dari luar aturan itu tidak berlaku.
Untuk bisa menikmati suasana dan budaya di Kampung Naga, wisatawan tak perlu membayar tiket masuk. Pasalnya, masyarakat di sini sangat terbuka terhadap wisatawan. Bagi yang berminat untuk menginap pun diperbolehkan, dengan menggunakan rumah warga.
Untuk dari Kota Garut menuju Kampung Naga ini bisa ditempuh wisatawan dengan jarak tempuh 26 KM, dengan waktu tempuh kurang lebih 1 jam. Sedangkan, bila berangkat dari Kota Tasikmalaya, jarak tempuhnya kurang lebih 30 KM.