Bisnis.com, BANDUNG - Selama pandemi Covid-19 perkembangan industri Industri teknologi pendidikan (education technology/edtech) meningkat signifikan.
Hal tersebut tidak terlepas dari pembatasan kegiatan tatap muka yang memaksa masyarakat untuk memperoleh pendidikan secara dalam jaringan (online).
Menurut CEO Salam Ganesha Marko Rasuandi, seiring pandemi kegiatan pembelajaran dan pengembangan skill secara daring terus berkembang.
Kini tidak hanya sebatas buku teks yang diajarkan di sekolah, tetapi sudah banyak mengajarkan berbagai kursus pelatihan mulai dari soft skill hingga hard skill di berbagai bidang.
"Gara-gara pandemi, masyarakat harus beradaptasi dengan teknologi," katanya saat dihubungi, Selasa (30/11/2021).
Dia menyebut, saat ini muncul kreator-kreator edtech di Tanah Air yang membuktikan bahwa anak negeri mampu bersaing dalam bidang teknologi.
"Banyak muncul startup edutech di berbagai kota," katanya.
Hal inipun menjadi alasannya saat berhasil menggelar Education Technology Summit (EDMIT) 2021 pada 29-31 Oktober kemarin.
Acara yang diselenggarakan Salam Ganesha ini mengusung tema Diversity of Edtech dengan menghadirkan berbagai rintisan edutech beserta sejumlah pakar dan praktisinya. Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari ini berhasil menyedot 5.000 peserta yang mendaftar di berbagai sesi dari seluruh Indonesia.
Pesertanya pun dari berbagai latar belakang meski didominasi mahasiswa dan profesional muda.
"Mahasiswa ini orang-orang yang akan menyiapkan diri menuju karier yang diinginkan. Kalau profesional muda, banyak di antara mereka yang ingin mengganti bidang yang ditekuninya sekarang," ujarnya.
Menurutnya, edutech di sektor kewirausahaan banyak diminati peserta. Sebagai contoh, edutech wirausaha kuliner paling banyak diserbu peserta.
"Dia ngajarin cara membikin dan menjelaskan bahwa potensi bisnis kue masih bagus. Termasuk diberi tahu cara memilih partner bisnis, juga memastikan bahan-bahan kue yang dipilih dari kualitas teratas," paparnya.
Bahkan, kata dia, pendiri edutech kuliner tersebut sampai mengambil gelar master di Jepang khusus untuk memperdalam pendidikan kulinernya.
"Ini membuktikan bahwa anak negeri tidak kalah kualitasnya, baik pengetahuan pendidikan maupun teknologinya," kata dia.
Selain sektor wirausaha, menurutnya aplicable skill pun banyak diminati peserta seperti digital marketing hingga terkait konten kreator. Menurutnya, terdapat edutech yang khusus memberikan kiat-kiat sukses menjadi pengguna media sosial.
"Ada adik kakak yang ngajarin cara menjadi konten kreator. Bagaimana berhasil menjadi influencer, lalu pasar mana saja yang belum digarap," katanya.
Melalui EDMIT 2021 yang telah diselenggarakannya ini, Marko menilai masih terjadi kekosongan antara kebutuhan industri dengan lulusan pendidikan kita termasuk dari perguruan tinggi. "Kita juga bisa tahu skill seperti apa yang dibutuhkan industri saat ini," katanya.
Menurutnya juga, saat ini teknologi mutlak dibutuhkan semua sektor.
"Agar SDM kita bisa memenuhinya, jadi apapun fakultasnya, harus disisipi pendidikan teknologi," katanya.
Untuk diketahui, EDMIT hari pertama dibuka dengan sesi How Edtech is Shaping the Future of Indonesia bersama M Achir Taher (news anchor dan jurnalis TV) sebagai moderator, dan empat pembicara yaitu Tasya Kamila (education influencer), Marko Rasuandi (CEO of Salam Ganesha), Filda Yusgiantoro (Chairperson of Purnomo Yusgiantoro Foundation), dan A Rinto Pudyantoro (Head of Program & Communication SKK Migas).
Kemudian ditutup di hari ketiga dengan sesi New Era of Edtech: Strengthening Educational Innovation Through Collaboration bersama Syafirah Rahma sebagai moderator dan lima pembicara yaitu Yani Panigoro (Ketua Majelis Wali Amanat ITB), Nadhira Afifa (Education Influencer), Sabda PS (CEO of Zenius), Rofikoh Rokhim (Wakil Komisaris Utama BRI dan profesor FEB UI), dan Salman Subakat (CEO of PT Paragon Technology and Innovation). (K34)