Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sejarah Panjang Jembatan Cirahong, Cara Cerdas dan Telaten Belanda Bangun Infrastruktur

Menghadapi tantangan alam sewaktu membangun Jembatan Cirahong yang tak pelak bakal menggerus dalam keuangannya, Belanda menempuh cara yang sangat efisien dan efektif. Yakni dengan menggunakan peta data dasar topografi dan geologi yang dipadukan dengan perencanaan matang.
Jembatan atau terowongan Cirahong, Ciamis, Jawa Barat/Antara
Jembatan atau terowongan Cirahong, Ciamis, Jawa Barat/Antara

Bisnis.com, BANDUNG - Membangun Jembatan Cirahong yang kokoh dengan fungsi ganda, nyatanya tidak dilakukan dengan asal-asalan. Belanda, sang arsitek, tidak ingin membuang-buang duit dalam membangun jembatan yang menjadi jalur penghubung jalur kereta api selatan.

Menghadapi tantangan alam sewaktu membangun Jembatan Cirahong yang tak pelak bakal menggerus dalam keuangannya, Belanda menempuh cara yang sangat efisien dan efektif. Yakni dengan menggunakan peta data dasar topografi dan geologi yang dipadukan dengan perencanaan matang.

Memanfaatkan celah sempit di atas Sungai Citanduy di daerah Cirahong, Belanda menjadikannya sebagai tempat untuk membentangkan jembatan kereta api menuju Kota Ciamis. Di tempat itu terdapat bentangan untuk jembatan dengan jarak yang terpendek. Selain itu, batuan di daerah sana juga merupakan batuan keras yang cocok untuk pondasi jembatan.

Secara geologis, Jembatan Cirahong terkait dengan fenomena meletusnya Gunung Galunggung. Dikutip dari laman Dinas Bina Marga dan Penataan ruang, pada suatu ketika Galunggung meletus dahsyat dan melontarkan dinding timur tenggaranya menjadi berkeping-keping batu dalam berbagai ukuran hingga jarak ribuan meter dari titik letusnya. Bahan ledakan itu membendung Sungai Citanduy di Kota Tasikmalaya sekarang sehingga terbentuk danau. Peristiwa itu bisa jadi menewaskan banyak korban, lantaran pada zaman itu daerah tersebut sudah dihuni orang.

Alhasil, banyak mayat terapung di atas danau. Maka, tidak mustahil bila asal-usul nama Kota Tasikmalaya dari kata “tasik” (danau) yang menjadi tempat banyak orang “malaya” (dari kata “laya” yang mendapat awalan “ma” atau “me” yang berarti “mati”).

Danau itu akhirnya mengering. Aliran air danau ke arah selatan lewat Ciwulan. Sebagian air danau mengalir pula lewat Citanduy. Lembah yang lama dan baru alur Sungai Citanduy ini dapat diamati di sekitar Cirahong. Perihal asal-usul nama ini terdapat beberpa perbedaan yang semuanya dirangkum dalam tulisan berjudul “Toponimi Tasik dalam Perbincangan”.

Letusan hebat Gunung Galunggung sendiri menghasilkan ribuan bukit yang terkenal dengan nama “Bukit Sepuluh Ribu”. Nama itu berasal dari Bahasa Prancis, “Dix Milles Monticule” ; dan dalam bahasa daerah setempat, “Bukit Saréwu” atau “Bukit Sapuluh Rébu”. Dinamakan demikian karena memang hasil letusan Galunggung berupa bukit kecil-kecil yang terserak tak beraturan di area seluas 170 km2 dari kaki Gunung Galunggung.

Menurut catatan geologiwan B.G. Escher, jumlah bukit itu lebih dari 3.600 pada sekitar tahun 1925. Namun, saat ini, jumlahnya sudah jauh berkurang. Mungkin tinggal tersisa puluhan saja. Menurut hasil penelitian peristiwa letusan Gunung Galunggung dan “Bukit Sepuluh Ribu”, jarak terdekat antara bukit-bukit itu dengan kawah Galunggung sekitar 6,5 kilo meter dan terjauh mencapai 23 kilo meter. Ukuran bukit terbesar memiliki garis tengah hingga 500 meter dan tingginya mencapai 5 meter.

A.D. Wirakusumah (2012), salah seorang peneliti, menulis, “Selanjutnya, magma menyeleweng sekali lagi ke lereng tenggara dan menyebabkan batuan di lereng tenggara terdorong ke luar dan akhirnya longsor. Akibatnya, magma muncul di tempat lemah tersebut dan terjadilah letusan besar yang menghasilkan piroklastika. Aliran tersebut sekaligus menyertai dan mendorong longsoran tadi hingga terbentuk Bukit Sapuluh Rébu yang lokasinya sampai sekitar 27 kilo meter ke arah timur-tenggara dari kawah Galunggung.”

Kejadian letusan seperti ini dikenal dengan istilah volcanic debris avalanches atau sering disingkat debris avalanches. Artinya, longsoran besar bahan rombakan gunung api. Atau, singkatnya, guguran puing.

Pendapat lain memperkuat penjelasan bahwa letusan Gunung Galunggung melongsorkan puing secara besar-besaran. Situs Survei Geologi Amerika Serikat USGS menyebutkan pula perkiraan umur kejadiannya, yaitu kurang dari 23.000 tahun lalu.

Peneliti lainnya, Sutikno Bronto dari Badan Geologi, juga menyimpulkan, volcanic debris avalanches merupakan cara terjadinya “Bukit Sepuluh Ribu”. Berdasarkan disertasinya tentang geologi gunung api Galunggung, Sutikno mengungkapkan, umur kejadian letusan Galunggung sekitar 4.200 tahun silam.

Berada di antara dua bukit di pinggir sungai, menjadikan Jembatan Cirahong memiliki pemandangan menawan yang eksotis. Lantaran keunikan dan keindahan panorama di sekitarnya, jembatan ini menjadi destinasi wisata bagi warga setempat. Biasanya setiap minggu pagi, banyak warga yang sengaja berolah raga jalan kaki menuju jembatan. Pada sore hari, banyak anak muda yang menghabiskan waktu luang menikmati keindahan pemandangan jembatan sembari ngopi dan menyantap gorengan yang dijual di warung-warung sekitar jembatan.

Sementara pada bulan Ramadan, Jembatan Cirahong pun menjadi salah satu tempat favorit warga untuk ngabuburit. Momen yang paling ditunggu adalah ketika kereta api melintas di atas jembatan. Apalagi di sekitar Jembatan Cirahong kini banyak berdiri warung yang menjual aneka makanan. Menunya bervariasi, mulai karedok sampai ikan bakar.

Dari arah Manonjaya, banyak djual buah-buahan produk setempat, seperti salak atau nangka. Sedang dari arah pintu Ciamis, berdiri rumah makan Sunda yang cukup representatif, sehingga membuat suasana Cirahong semakin mengasyikan untuk dikunjungi. Mungkin kalau ada wisata bungee jumping cocok sekali dengan profil jembatan ini. Eksotisme Jembatan Cirahong bahkan membetot perhatian para fotografer untuk mengabadikannya dalam jepretan kamera digital.

Tapi di balik keindahan, kemegahan, dan keunikannya, Jembatan Cirahong juga terkenal dengan cerita-cerita seram berbau mistis dan misteri. Konon katanya, sering terjadi hal di luar nalar di jembatan ini. Apalagi buat yang melintasinya di malam hari. (K34)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dea Andriyawan
Editor : Ajijah

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper