Bisnis.com, BANDUNG – Bobobox, penyedia fasilitas beristirahat berbasis teknologi, terus melakukan ekspansi bisnis untuk meningkatkan pasarnya melalui layanan terbarunya bobocabin dan boboexpress.
Saat ini Bobobox telah hadir di Bandung, Jakarta, Yogyakarta, Semarang dan Solo, tepatnya di 13 lokasi dengan total kamar (pod) lebih dari 1.000 kamar.
CEO dan Co-Founder Bobobox Indra Gunawan mengatakan startup yang didirikan pada 2017 lalu ini ingin menjadi “the Future of Sleeping Habbits” atau “Masa Depan untuk Kebiasaan Tidur Masyarakat”.
Hal ini dilakukan dengan menawarkan berbagai fasilitas beristirahat mulai dari Bobohotel, Boboliving dan Bobocabin. Yang terbaru, Bobobobox tengah mengembangkan Bobovan dan Boboexpress.
“Bobobox ingin memberikan solusi, di mana gaya hidup modern dapat berjalan berdampingan dengan istirahat atau tidur yang cukup. Tidur tidak harus malam saja, saya lihat banyak negara maju sudah membiasakan yang disebut power nap atau tidur berkualitas. Ketika seseorang lelah, disarankan mengambil waktu tidur sebentar, mungkin sekitar 30 menit,” kata Indra, Senin (21/6).
Bobobox sendiri mulai gencar memasarkan produknya sejak 2018, dengan ciri khas akomodasi berbentuk kapsul modular yang terintegrasi dengan aplikasi dan sistem Internet of Things yang dapat memberikan pengalaman personalisasi berbeda bagi setiap penggunanya.
Bobohotel adalah layanan hotel kapsul untuk akomodasi dengan harga terjangkau, Boboliving menawarkan solusi tempat hunian minimalis di daerah perkotaan untuk mereka yang ingin tinggal di dekat tempat kerja, dan Bobocabin menawarkan solusi kamar tidur yang nyaman di berbagai tempat wisata menarik.
Bobovan menawarkan solusi istirahat dan tidur di dalam van serba guna untuk pecinta alam yang ingin camping. Yang terbaru, Boboexpress diharapkan dapat menawarkan solusi istirahat, terutama tidur di tempat-tempat strategis dan fasilitas umum yang sibuk.
Jasa layanan ini diharapkan dapat menjangkau pangsa pasar untuk melayani masyarakat yang ingin beristirahat ketika mereka berada di fasilitas umum seperti stasiun, bandara, hingga perkantoran.
“Dengan standarisasi yang kita jaga, mulai dari bentukannya [bentuk kamar pods], harga, dan kebersihannya, kami yakin dapat menjaga kualitas layanan kami. Itu sebabnya, kita mempunyai konsep modular box, agar semua dapat menikmati pengalaman yang sama.”
Tak berhenti di 13 lokasi dan lima kota di Indonesia, Bobobox sudah mulai membidik daerah luar pulau Jawa, yakni di Sumatra Utara.
Untuk Bobocabin yang saat ini hanya tersedia di Ranca Upas dan Cikole, Bandung, Jawa Barat, Bobobox berencana terus menambah jumlah unitnya hingga di masing-masing lokasi akan tersedia sekitar 20-30 unit kamar. Sebagai informasi, dua unit kamar Bobocabin yang terletak di Cikole, mendapat permintaan sangat tinggi dari pengguna, yang tercatat telah fully booked hingga Agustus 2021.
“Targetnya sekitar kuartal ke III penambahan Bobocabin di Ranca Upas dan Cikole mencapai jumlah sekitar 20-30 unit kamar,” kata Indra.
Selain terus berekspansi membangun jaringan dengan pendanaan sendiri, Bobobox juga membuka opsi kemitraan, baik dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun dengan pihak swasta maupun individu.
Ia menjelaskan banyak perusahaan maupun individual di Indonesia yang punya aset properti tidak terutilisasi dengan baik, misalnya ruko yang tidak terpakai, gudang, bekas kantor, bekas rumah. Sepanjang properti tersebut terletak di lokasi yang strategis, maka pemilik dapat melakukan kerja sama dengan startup prop-tech tersebut.
Model bisnis kemitraan juga terbuka untuk investor yang berminat masuk ke bisnis Bobobox. Investor dapat terlibat di pendanaan proyek, maupun kerja sama kepemilikan lahan. Salah satu syaratnya adalah pembangunan fasilitas Bobobox dapat dilakukan di bangunan yang minimal dapat mengakomodasi 16 kamar pods dengan luas 225 m².
Untuk Bobocabin, misalnya, investor maupun pemilik lahan dapat berpartisipasi dalam pemilikan di proyek bersama. Dalam hal kerja sama, studi pasar akan disediakan oleh Bobobox, lalu komposisi kepemilikan unit, atau proyek dapat dilakukan berdasarkan keinginan calon mitra.
“Kita lihat apakah lokasinya cocok atau tidak, jika ingin bermitra persentasi saham akan disesuaikan dengan kontribusi dari nilai proyek,” kata Indra.
Sementara untuk mereka yang hanya memiliki tanah atau bangunan, Bobobox dapat memvaluasi nilai investasi berdasarkan harga sewanya menurut harga pasar.
Indra, yang juga tercatat sebagai komisaris di Hotel Nyland Group, mengatakan Bobobox selalu berhati-hati dalam setiap ekspansinya dan membiasakan untuk melakukan product testing terkait jasa layanan yang diberikan ke publik.
Misalnya, Bobocabin di Ranca Upas dan Cikole di Bandung, saat ini hanya tersedia beberapa unit dan manajemen Bobobox telah melakukan evaluasi ternyata peminat pengunjung untuk mencicipi menginap di beberapa fasilitas Bobocabin tersebut ternyata cukup tinggi.
Ekspansi bisnis lainnya yang kini tengah dijajaki secara serius adalah Boboexpress. Menurut Indra, dengan mengusung konsep menawarkan jasa layanan beristirahat, atau tidur berkualitas di fasilitas terstandarisasi dengan baik, jasa layanan Bobobox dapat menargetkan fasilitas umum yang sibuk, seperti stasiun kereta api, bandara udara, hingga perkantoran. (K34)