Bisnis.com, PURWAKARTA – Kabupaten Purwakarta memiliki komoditas buah-buahan yang menjadi primadona, sebut saja di antaranya manggis. Lalu apa bedanya manggis Purwakarta dengan yang dihasilkan daerah lainnya di Indonesia?
Plt Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Purwakarta Sri Jaya Midan menjelaskan pihaknya terus mendorong supaya ratu buah tropis dengan ciri khas warna kulit merah keunguan itu memiliki daya saing secara global.
“Selama ini, untuk bidang agro bisnis dan agro kultur, buah manggis menjadi produk unggulan, terutama untuk kebutuhan ekspor. Kendati, popularitasnya belum seperti sate maranggi,” ujar Midan kepada Bisnis.com, belum lama ini.
Midan menjelaskan, manggis Purwakarta masuk dalam varietas Wanayasa. Produk perkebunan ini bahkan sudah terdaftar secara resmi di Kementerian Pertanian RI. Jadi, ada yang membedakan dari manggis daerah lain.
“Setiap daerah punya khas masing-masing. Kalau manggis Purwakarta punya khas tersendiri. Salah satunya, terlihat dari teksturnya yang lembut dan kulit luarnya yang mulus, juga dari perpaduan rasanya yang manis asam [segar],” jelas dia.
Selain dari tekstur dan rasanya, lanjut dia, manggis khas Purwakarta memiliki daya tahan cukup lama. Yakni, jika disimpan dalam ruangan bisa bertahan hingga 28 hari dengan kondisi masih segar.
“Kalau manggis daerah lain itu biasanya bertahan kurang dari 28 hari. Kalau Manggis varietas Wanayasa, itu bisa bertahan lama,” kata dia.
Terkait luas lahan perkebunan manggis di Purwakarta, kata dia, saat ini mencapai lebih dari 1.500 hektare. Lahan tersebut, tersebar di lima kecamatan yakni Wanayasa, Kiarapedes, Bojong, Darangdan dan Pondoksalam.
Adapun rata-rata produksi buah manggis saat panen raya, kata dia, sekitar 47 ton per hektare. Hasil panen tersebut, bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan lokal (domestik), tapi juga hingga mancanegara atau kebutuhan ekspor.
Dalam hal ini, pihaknya terus mendorong supaya produktivitas perkebunan manggis ini terus meningkat, baik dari sisi kualitas maupun kuantitasnya. Untuk perkuat kualitas sendiri, salah satu upayanya yakni dengan memberikan bimbingan mengenai good agricultural practice (GAP) dan standard operational procedure (SOP) kepada para petani.
“Dari sisi kuantitas sendiri, kami terus mendorong bagaimana supaya produktivitasnya terus meningkat. Sehingga, kebutuhan domestik maupun ekspor bisa tetap terpenuhi,” pungkasnya (K60)